I.
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Dalam
penyebaran penyakit, terdapat cara yang berbeda-beda. Salah satu cara
penyebarannya adalah melalui vektor penyakit. Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tapi
menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Ada
beberapa kelompok vektor dalam penyebaran penyakit yaitu, nyamuk, lalat, dan
pinjal.
Vektor penyakit
merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal
sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor
– borne diseasewww.medicalnewstoday.com yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali
bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai
kematian.
Nyamuk merupakan serangga yang mengalami metamorfosis lengkap, terdiri dari empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk memerlukan darah untuk proses pematangan telurnya. Beberapa spesies nyamuk menghisap darah terutama di malam hari seperti nyamuk Culex dan Anopheles, spesies lainnya terutama siang hari (pagi sampai sore) misalnya nyamuk A.agypty. Habitat perindukan nyamuk betina sangat bervariasi, mulai dari tempat yang semi-akuatik sampai ke sistem perairan yang luas.
Lalat merupakan serangga yang dapat
berperan sebagai vektor penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Keberadaan lalat
di pasar menjadi faktor resiko terjadinya penularan penyakit dari lalat ke
manusia. Tempat berkembangbiak
(breeding site) dari lalat adalah tempat-tempat yang kotor seperti kotoran
manusia/hewan dan sampah dari sisa makanan, sisa daging, sisa ikan ataupun sisa
sayuran yang membusuk juga bangkai. Ini disebabkan adanya proses fermentasi
menarik perhatian lalat.Namun lalat juga hewan yang menyukai makanan
manis.
Pinjal (flea)
merupakan sekelompok serangga yang berkuran 1—4 mm, yang jantan lebih kecil
dari yang betina; ada ± 1500 spesies dab subspesies. Ciri khas ini adlaah
tubuhnya yan memipih secara latero lateral; mempunyai kaki yang kuat untuk
meloncat; tidak bersayap. Pinjal merupakan ektoparasit yang temporor, warnanya
kuning coklat dan mempunyai siklus hidup dengan tipe metamorfose sempurna.
Hewan jantan dan betinanya (imago) yang menghisap darah, larva, dan pupa tidak
(Natadisastra dan Agoes, 2009).
B. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari
praktikum ini adalah
1. Mengetahui morfologi dan
mengidentifikasi jenis larva nyamuk dan nyamuk dewasa
2.
Mengetahui
morfologi dan mengidentifikasi jenis lalat
3.
Mengetahui
morfologi dan mengidentifikasi pinjal
II.
Metode
A.
Alat
dan Bahan
·
Alat dan bahan yang
digunakan untuk mengindentifikasi lalat adalah
1.
Lalat
2.
Lup
3.
Cawan petri
4.
Penggaris
5.
Kunci identifikasi
lalat
·
Alat yag digunakan
untuk mengidentifikasi kecoa adalah
1.
Kecoa
2.
Lup
3.
Penggaris
4.
Cawan petri
5.
Kunci identifikasi kecoa
·
Alat yang digunakan
untuk identifikasi larva nyamuk dan nyamuk dewasa adalah
1.
Larva nyamuk yang masih
hidup
2.
Nyamuk dewasa yang
telah mati
3.
Pinset
4.
Bak preparat
5.
Lup
6.
Kunci identifikasi
nyamuk
·
Alat dan bahan yang
digunakan untuk mengidentifikasi tikus dan pinjalnya adalah
1.
Tikus
2.
Cairan kloroform
3.
Nampan
4.
Kapas
5.
Sarung tangan tebal
6.
Penggaris besi
7.
Sikat baju
8.
Karung
9.
Neraca pegas
10. Kunci
identifikasi tikus
B.
Cara
Kerja
·
Cara kerja identifikasi
lalat
1. Siapkan
lalat yang sudah mati, lalu taruh pada cawan petri
2. Amati
dengan lup morfologi lalat seperti warna badannya, bentuk sayap, habitat dan
ukuran
3. Cocokan
dengan kunci identifikasi lalat
·
Cara kerja identifikasi
kecoa
1. Siapkan
kecoa yang sudah mati, lalu tarug pada cawan petri
2. Amati
dengan lup morfologi kecoa seperti warna badannya, bentuk sayap, habitat dan
ukuran
3. Cocokan
dengan kunci identifikasi kecoa
·
Cara kerja identifikasi
nyamuk dewasa
1. Siapkan
nyamuk pada plastik es batu atau tempat penympianan lainnya
2. Amati
dengan cara makroskopis mengamati posisi istirahat menggunakan lup
3. Cocokan
dengan kunci identifikasi nyamuk
·
Cara kerja identifikasi
larva nyamuk
1. Siapkan
larva nyamuk, lalu ambil menggunakan pinset plastik.
2. Lalu
taruh pada object glass, jika masih ada air pada sekitar larva ulas dengan tisu
sampai kering
3. Tutup
dengan cover glass
4. Amati
dibawah mikroskop
III.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Hasil
1. Lalat
yang kelompok kami peroleh dari kost yang berada di Jl. Cendrawasih, Purwokerto
Utara dengan morfologi :
Ukuran : 0,8 cm
Gambar Lalat yang
kelompok kami peroleh
2. Kecoa
yang kelompok kami peroleh dari di dalam kost di Jl. Cendrawasih dengan
morfologi :
Warna
badan : coklat merah kehitaman ada garis kuning dikepala
Ukuran
:
Panjang
keseluruhan : 6,5 cm
Gambar Kecoa yang kami peroleh
3. Nyamuk
dewasa yang kami peroleh dari kampus Kesehatan Masyarakat Unsoed dengan
morfologi :
Posisi istirahat : pararel
Probosis : pendek melengkung
Sayap : sempit dan panjang
Ciri khusus : ada belang di bagian
kepala
4. Larva
nyamuk yang kami peroleh dari rumah di Kalibagor, rt 05 rw 06 dengan morfologi
sebagai berikut :
Posisi istirahat : menggantung
Gambar
larva Culex secara mikroskopis
Gambar larva Culex posisi istirahat
5.
Pinjal tikus yang kami
peroleh dari Pasar Wage, Purwokerto. Untuk morfologi tikus sendiri:
Berat
badan : 100 gram
Panjang
total : 35 cm
Panjang
ekor : 17,1 cm
Panjang
telinga : 2,2 cm
Panjang
kaki belakang : 3,2 cm
Jenis
kelamin : Perempuan
Mamae
: 1+ 3
Warna
: coklat pada bagian punggung dan perut
Gambar Tikus yang kami peroleh
Sedangkan untuk
pinjalnya, kelompok kami tidak menemukan pinjal di dalam tikus tersebut.
B.
Pembahasan
Menurut
hasil pengamatan yang kelompok kami lakukan, dari warna, ukurannya, dan juga
mencocokan dnegan kunci identifikasi lalat bisa diduga jenis lalat tersebut
adalah Musca domestica.
Musca domestica bisa
disebut juga lalat rumah. Lalat rumah, bersama lalat bangkai dan lalat
penghisap Stomoxys dan Glossina¸termasuk ke dalam family
Muscidae, yang karakternya mempunyai terminal joint dari antena, arista, selalu
berbulu, dan ketiadaan bulu-bulu pada perut. Ekternal morfologi dari lalat
rumah fase dewasa adalah biasanya serangga berukuran sedang, keabu-abuan dalam
warna dengan (5,5-7,7 mm) panjang.
Bagian
kepalanya berbentuk bulat kelabu bagian depan dan sempit, Parafrontalia hitam,
ditutupi dengan perak berdebu, rambut pendek. Wajah cokelat gelap, ditutupi
dengan berdebu perak tanpa rambut. Parafacial ditutupi dengan berdebu perak dan
Pubscence lembut. Gena coklat gelap ditutupi dengan berdebu perak dan kepadatan
tinggi hitam dan moderat rambut panjang. Frontal stripe luas, kedua belah pihak
dengan 12-14 bulu frontal. Senyawa mata berbentuk oval dan jenis holoptic.
Antena aristate tipe terdiri dari tiga segmen yang merupakan scape kecil dan
berbentuk cangkir, pedicel berbentuk cangkir membutuhkan waktu dua kali lebih
lama dari scape yang memiliki banyak dari setae pendek dan panjang, dan flagela
berbentuk oval panjang lebih dari tiga kali dari scape, kedua belah pihak dari
arista dengan rambut diperluas ke puncak. Mulut jenis spons, Fulcrum struktur
chitinous dari kemudian lihat adalah berbentuk segitiga, cornu proksimal adalah
panjang 0,1-0,2 mm dan lebih panjang dari kornu distal. Rahang palp coklat
gelap, clavate berbentuk 0,5 - panjang 0,7 mm; garis luar dengan deretan bulu.
Mentum coklat tua, berbentuk hampir segitiga; punggung permukaan besar moderat
padat bulu pendek dan bulu pendek. Labrum-epipharynx adalah berbentuk oval, 0,4
- panjang 0,6 mm dengan sepasang clavate, sclerotized apodem yang panjangnya
adalah 0,4-0,6 mm .epipharynx adalah berbentuk tubular. Oral labellae disc
adalah bentuk lamella, mengandung banyak pseudotracheae (Faraj, Mawlood, dan Khidhir, 2014).
Pada
bagian thorax, terdapat sepsang sayap, halter dan 3 pasang kaki. Warna thorax
ada yang abu-abu, hijau berkilat, bercorak, tergantung jenis. Mempunyai venasi
yang lengkap, mempunyai 2-3 posterior cell; venasi bagian tiap spesies berbeda
bentuk. Kaki terdiri dair femur, tibia, tarsus dan kuku. Bentuk sgemennya dapat
menentukan jenisnya. Sedangkan bagian abdomenn, besegmen, warna abu-abu hijau
mengkilap, ada yang bercorak. Pada segmen terakhir terdapat ovipositor (
Natadisastra dan Agoes, 2009).
Untuk kecoa, menurut hasil pengamatan
yang dilakukan dengan mengidentifikasi ukuran, warna badannyadan juga sudah
dicocokan dengan kunci identifikasi kecoa bisa diduga kecoa ini masuk dalam
jenis Periplaneta americana. Periplaneta
americana adalah kecoa yang paling buruk. Bisanya beruuran 35-45 mm dan
berwarna kecoklatan di semua bagian tubuh. Fase dewasa dari laki-laki dan
perempuan dipenuhi sayap dan bisa terbang selaa seminggu. Kecoa ini tersebar di
seluruh dunia, tapi tidak tersebar di zona subtropis sejauh apa yang dilakukan
kecoa yang berasal dari Jerman. Kecoa dari genus ini memerlukan 6—9 bulan untuk
daur hidup sempurnanya (Resh dan Cardé, 2009).
Untuk larva nyamuk, menurut hasil
pengamatan yang dilakukan dengan mengidentifikasi bentuk badan secara mikroskopis
dan posisi istirahat secara makroskopis yang selanjutnya dicocokan dengan kunci
identifikais nyamuk dapat diduga bahwa larva tersebut adalah larva nyamuk Culex.
Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah
memiliki siphon. Siphon dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan
permukaan air. Nyamuk Culex mempunyai 4
tingkatan atau instar sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu :
1.
Larva instar I, berukuran paling
kecil yaitu 1–2 mm atau 1–2 hari setelah menetas. Duri-duri (spinae) pada dada
belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas.
2.
Larva instar II, berukuran 2,5–3,5
mm atau 2–3 hari setelah telur menetas. Duri-duri belum jelas, corong kepala
mulai menghitam.
3.
Larva instar III, berukuran 4–5 mm
atau 3–4 hari setelah telur menetas. Duri-duri dada mulai jelas dan corong
pernafasan berwarna coklat kehitaman.
4.
Larva IV, berukuran paling besar
yaitu 5--6 mm atau 4–6 hari setelah telur menetas, dengan warna kepala
(Susanti, 2014).
Ciri-ciri
nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang putih, kepala berwarna
hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian thorak terdapat 2 garis putih
berbentuk kurva (Astuti, 2014).
Sedangkan untuk pinjal tikus,
kelompok kami tidak menemukan pinjal pada tikus yang kami temukan. Ada beberapa
hal yang menjadi faktor melatar belakangi hal tersebut. Beberapa faktor
tersebut, ialah
1.
Adanya kesalahan cara kerja yang
dilakukan oleh praktikan
2.
Tempat yang cukup bersih
3.
Tikus yang ditemukan adalah tikus
rumahan yang sedang berkeliaran di pasar.
IV. Penutup
A. Kesimpulan
Kesimpulan
yang didapat dari praktikum yang kami lakukan adalah
1.
Lalat yang kelompok saya amati
adalah jenis Musca
domestica.
2.
Kecoa yang kelompok
saya amati adalah jenis Periplaneta
americana.
3.
Larva yamuk dan nyamuk
dewasa yang kelompok saya amati adalah jenis Culex sp.
4.
Kelompok kami tidak
menemukan pinjal dari tikus.
B.
Saran
1.
Sebaiknya praktikan mengetahui
bagaimana cara kerja dari identivikasi vektor
2.
Praktikan membawa kunci identifikasi
dari masing-masing vektor yang akan diamati
3.
Praktikan harus berhati-hati dalam
memeriksa vektor karena bisa saja vektor yang diperiksa juga membawa virus.
0 comments:
Post a Comment