TUGAS TERSTRUKTUR MATA
KULIAH
PATOFISIOLOGI
PIELONEFRITIS
AKUT
Disusun
Oleh :
Nana Harminah I1A015003
Siti Istikomah Isnaeni I1A015043
Dhita Rachmawati I1A015069
Aulia Mutiara Khoirunnisa I1A015105
Nadine Nastiti I1A015121
KEMENTERIAN RISET,
TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU
KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN
MASYARAKAT
PURWOKERTO
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara tropis, dimana infeksi masih merupakan penyakit utama dan
penyebab kematian nomor satu. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik atau anti
infeksi masih paling dominan dalam pelayanan kesehatan. Jumlah dan jenis anti bakteri
sangat banyak dan selalu bertambah seiring perkembangan infeksi,sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mikroba apa yang sensitif terhadap
antibakteri tertentu, dan bagaimana perkembangan resistensi serta kinetiknya
(Priyanto, 2008).
Penyakit
infeksi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan, khususnya
pada orang-orang yang paling rentan terhadap penyakit ini, mereka yang berusia sangat
muda, orang lanjut usia, orang dengan tanggap imun yang lemah, dan kaum papa.
Patogenesis penyakit infeksi bergantung pada hubungan antara manusia sebagai tuan
rumah, agen infeksi, dan lingkungan luar. Agen infeksi dapat bersifat eksogen
(normalnya tidak ditemukan di tubuh) atau endogen (mikroba yang secara rutin dapat
dibiak dari suatu bagian anatomi tertentu tetapi dalam keadaan normal tidak menyebabkan
penyakit pada tuan rumah). Infeksi terjadi ketika suatu agen eksogen masuk kedalam
tuan rumah dari lingkungan atau ketika suatu agen endogen mengalahkan imunitas bawaan
tuan rumah dan menyebabkan penyakit (Mcphee, 2010).
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri
piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua
ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal.
Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai
ginjal melalui darah,
kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3% (Brunner & Suddarth,
2002). Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab
radang pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari
kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang
akut dan ada yang kronis (Tambayong, 2000).
Infeksi
saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik
pada anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut akan tetapi dari kedua jenis kelamin,
ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih
5–15%. Infeksi saluran kemih dinyatakan apabila ditemukan bakteri di dalam urin,
mikroorganisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah jenis aerob. Pada saluran
kemih yang normal tidak dihuni oleh bakteri aerob atau mikroba yang lain,
karena itu urin dalam ginjal dan buli– buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra
bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni
oleh bakteri yang jumlahnya berkurang di bagian yang mendekati kandung kemih.
Escherichia coli menduduki persentasi biakan paling tinggi yaitu sekitar
50–90%. Antibiotika yang diberikan untuk pengobatan ISK yang sebagian besar disebabkan
oleh Escherichia coli ini adalah floroquinolones dan nitrofurantoin. Sedangkan
untuk alternatifnya yaitu trime toprim–sulfa metoksazol, sefalosporin, dan fosfomisin
(Kumala, et al., 2009).
Penggunaan
antibiotik adalah pilihan utama dalam pengobatan infeksi saluran kemih. Pemakaian
antibiotik secara efektif dan optimal memerlukan pengertian dan pemahaman mengenai
bagaimana memilih dan memakai antibiotik secara benar. Pemilihan berdasarkan indikasi
yang tepat, menentukan dosis, cara pemberian, lama pemberian, maupun evaluasi efek
antibiotik. Pemakaian dalam klinik yang menyimpang dari prinsip dan pemakaian antibiotik
secara rasional akan membawa dampak negatif dalam bentuk meningkatnya resistensi,
efek samping dan pemborosan (Santoso, 1990).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pielonefritis akut?
2. Bagaimana patofisiologi pielonefritis akut?
3. Apakah penyebab pielonefritis akut?
4. Bagaimana tanda dan
gejala pielonefritis akut?
5. Komplikasi apa yang dapat terjadi dari pielonefritis akut?
6. Bagaimana pencegahan dan pengobatan pielonefritis akut?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui dasar tentang pielonefritis akut.
2.
Untuk
mengetahui patofisiologi pielonefritis akut.
3.
Untuk
mengetahui penyebab pielonefritis akut.
4.
Untuk
mengetahui tanda dan
gejala pielonefritis akut.
5.
Untuk
mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh pielonefritis akut.
6.
Untuk
mengetahui pencegahan dan pengobatan pielonefritis akut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pielonefritis Akut
Pielonefritis
merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal (pelvis renalis), tubulus, dan
jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner dkk, 2002). Pielonefritis merupakan suatu infeksi
dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran
ureterik (Underwood,2002).
Pielonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal
yang sering ditemui. Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran
kemih. Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran
kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran
kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat
mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan
bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula,
penderita kencing manis atau diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya
lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
Infeksi akut
ginjal ditandai oleh bercak-bercak inflamasi yang supuratif, nekrosis tubulus
ginjal dan silinder neutrofil intratubular. Perubahan yang lebih lanjut
meliputi pembentukan abses, papilitis nekrotikans (khususnya pada pasien diabetes
dan pasien obstruksi saluran kemih), pielonefritis (pelvis ginjal terisi pus),
abses perinefrik dan akhirnya pembentukan parut pada ginjal dengan deformasi
fibrotik pada korteks ginjal dan kaliks serta pelvis ginjal yang berada di
bawahnya (Robbinsdkk, 2009).
Secara klinis
pielonefritis akut disertai dengan nyeri pinggang, demam, di suria, piuria
(dengan silinder pus di dalam urine) dan bakteriura. Pielonefritis akut tanpa
komplikasi terjadi sesudah perjalanan penyakit yang ringan dengan terapi keadaan
antibiotik tetapi keadaan ini dapat timbul kembali atau berlanjut jika terdapat
refluks vesikoureter, obstruksi, gangguan imunitas, diabetes dan berbagai
keadaan lainnya.
B. Patofisiologi Pielonefritis
Akut
Umumnya bakteri
seperti Eschericia coli,
Streptococus fecalis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi
ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah
(uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas
yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang
kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam.
Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti
kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila
terdapat hambatan atau
obstruksi saluran kemih
yang mempersulit pengeluaran
urin, seperti adanya batu atau tumor.
Patogenesis
infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor
seperti pejamu (host) dan faktor organisme penyebab. Bakteri dalam urine dapat
berasal dari ginjal, ureter, vesika urinaria atau dari uretra. Beberapa faktor
predisposisi pielonefritis adalah obstruksi urine, kelainan struktur,
urolitiasis, benda asing, refluks. Bakteri uropatogenik yang melekat pada sel
uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas oto polos dinding ureter, dan
menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya baktrei ke seluroepitelial,
dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut (Kusnawar, 2001).
Mukosa
kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai
anti bakteri. Rusaknya lapisan ini akibat dari mekanisme invasi baktrei sperti
pelepasan toksin dapat menyebabkan bakteri dpat melekat, membentuk koloni pada
permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan.
Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui
lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi jiaka ada refluks vesikoureter
maupun refluks intrarenal. Bila hanya vesika urinariayang terinfeksi, dapat
mengaakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya rasa
ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frekuensi), dan
sakit waktu miksi (disuria). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan
pendarahan (hematuria). Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system.
Pelvis dan medula ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan
urine akibat refluks berupa atrofi ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi
lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi ginjal
dapat terganggu(Hanson, 1999).
Korteks dan
medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal
juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi
menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah
periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan
degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas,
dapat berkembang menjadi gagal ginjal.
C. Penyebab Pielonefritis
Akut
Bakteri
Gram negatif, khususnya Eschericia coli merupakan penyebab utama ISK (85-90%).
Walaupun merupakan flora normal dalam tubuh (khususnya usus besar), E. coli
sering juga ditemukan di alam bebas (air atau tanah yang tercemar kotoran
manusia). Bakteria menyebabkan respon inflamasi saluran kemih namun gambaran
klinisnya bervariasi. Pada penderita dengan pielonefritis akut terjadi
inflamasi di ginjal dengan respon inflamasi secara umum misalnya demam,
peningkatan C reaktif protein, leukosituria (Pai dkk, 2016).
Escherichia coli
(bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) mengakibatkan pielonefritis seperti
klebsiella, golongan streptokokus. Infeksi biasanya berasal dari daerah
kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya
infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan
organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal
atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga
bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Keadaan
lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
1. Kehamilan
2. Kencing manis
3. Keadaan-keadaan yang menyebabkan
menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
Pielonefritis
merupakan penyakit saluran kemih bawah yang pada mulanya berawal dari
infeksi saluran kemih bawah. Pielonefritis disebabkan oleh infasi bakteri
pada saluran kemih seperti bakteri : E.coli yang secara normal terdapat
pada saluran pencernaan, dan secara tidak sengaja dapat menginfeksi atau
terbawa ke saluran kemih karena pola kebersihan yang salah. Disamping E.coli
bakteri lain yang dapat menyebabkan pielonefritis adalah klabsiella,
streptococcus. Factor lain sebagai predisposisi Pielonefritis seperti :
kehamilan, kondisi imun yang menurun, obstruksi saluran kemih, VUR, diabetes.
Pielonefritis terjadi berawal dari invasi bakteri ke dalam saluran kemih bagian
bawah, kondisi tubuh dengan imun yang rendah, obstruksi saluran kemih,
VUR dapat menghambat eleminasi bakteri kedalam urine sehingga bakteri dapat
berkembang biak dan menginfeksi mukosa saluran kemih, di samping itu pada
penderita diabetes dengan kadar gula yang tinggi mengakibatkan glukosa yang
lolos dalam filtrasi hanya dapat direabsorbsi sebesar nilai maksimal reabsorbsi
glukosa yaitu 220, sisa glukosa yang tidak dapat direabsorbsi lagi akan terbawa
dan terkandung dalam urine, hal tersebut mengakibatkan bakteri dapat berkembang
biak secara cepat dalam saluran kemih dan menginfeksi saluran kemih. Kehamilan,
pada saat kehamilan hormone estrogen meningkat sehingga akan mengakibatkan
vasodilatasi pada pembuluh darah, vasodilatasi mengakibatkan peningkatan
permeabilitas kapiler yang akhirnya akan mengakibatkan kebocoran protein plasma
ke dalam interstitial dan menarik cairan plasma ikut bersamanya, hal
tersebut akan mengakibatkan tingginya tekanan onkotik plasma pada filtrasi
glomelurus yang akan mengakibatkan cairan berpindah dari kapsula bowment ke
kapiler glomelurus melawan gaya filtrasi, disamping itu pada kehamilan terjadi
penekanan pada vesika dan saluran kemih yang akan menghambat aliran urine
dan mengakibatkan penurunan eleminasi bakteri bersama urine. Dari mekanisme
diatas, akan terjadi infeksi pada saluran kemih bawah dan apabila tubuh tidak
mampu mengatasi fluktuasi bakteri dalam saluran kemih, maka bakteri
tersebut akan naik ke saluran kemih bagian atas yang mengakibatkan
peradangan-infeksi diparemkin ginjal (Pielonefritis). Pielonefritis merupakan
kondisi yang sudah terjadi infeksi dalam paremkim ginjal sehingga dapat
diangkat diagnose.
Pada
pielonefritis terjadi reaksi radang dan pengikatan antara antigen dan antibody,
pengikatan tersebut mengakibatkan tubuh akan melepaskan mediator-mediator
kimia yang dapat menimbulkan gejala inflamasi. Mediator EP (endogen pirogen)
dapat mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena EP merangsang prostaglandin
untuk meningkatkan thermostat tubuh di hipotalamus dengan gejala ini dapat
diangkat diagnose keperawatan hipertermi. Kalekrein
juga dapat menimbulkan rasa nyeri pada pinggang akibat peradangan atau
kerusakan jaringan parenkim ginjal karena saat radang mediator ini dilepas
untuk merangsang pusat sensori nyeri, dengan demikian dapat diangkat diagnose
keperawatan nyeri akut. Disamping
itu akibat kelainan pada medulla ginjal yang mengakibatkan gangguan dalam
pemekatan urine ditambah lagi peningkatan GFR akibat mekanisme radang pada
ginjal mengakibatkan timbulnya poliuri sehingga dapat diangkat diagnose
keperawatan.
Kehilangan
cairan yang berlebih baik ekstrasel maupun intrasel akibat gangguan dalam
proses reabsorbsi mengakibatkan sel-sel tubuh mengalami dehidrasi sehingga
dapat diangkat diagnose keperawatan kekurangan cairan tubuh.
D. Tanda dan
Gejala
Pielonefritis
Akut
Tanda dari
pielonefritis akut antara lain :
1. Lekositosis
2. Adanya
bakteri dan sel darah putih dalam urine
3. Disuria
4.
Terjadi pembesaran
ginjal disertai infiltrasi interstitial sel-sel inflamasi
Gelala
dari pielonefritis akut antara lain :
1.
Sering buang air kecil yang terasa sakit dan tidak nyaman.
Kondisi ini biasanya mirip dengan gejala awal dari infeksi saluran kemih. Bau
urine yang tidak seperti biasanya.
- Rasa sakit dan tidak nyaman di
sekitar perut samping, atau bagian punggung.
- Demam atau menggigil.
- Mual dan muntah.
- Merasa kelelahan.
- Diare.
- Kehilangan
selera makan.
E.
Komplikasi
yang Dapat Terjadi
dari Pielonefritis
Akut
Ada
tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut :
1.
Nekrosis
papila ginjal, sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah,pada area medula
akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada penderita
diabetes militus atau pada tempat terjadinya obstruksi
2.
Fionefrosis
Terjadi
apabila dittemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal.
Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi,
sehingga ginjal mengalami peregangan adanya pus.
3.
Abses
perinefrik
Pada waktu
infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke jaringan perirenal, terjadi
abses perinefrik.
F.
Pencegahan
dan Pengobatan
Pielonefritis
Akut
Penyakit
pielonefritis dapat dicegah dengan cara tidak menahan rasa ingin buang air
kecil serta mencukupi kebutuhan air minum, selain itu pencegahan penyakit
pielonefritis ini juga dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan oergan
ekskresi khususnya yang berhubungan dengan saluran kencing (Sugeng, 2014).
Penyakit pielonefritis dapat diobati dengan antibiotik yang dimasukkan lewat
nadi. Setelah gejala membaik, antibiotik yang dikonsumsi melalui mulut dapat
dibutuhkan selama 3 minggu.Obat-obat dan cairan bagi rasa sakit juga diberikan
melalui nadi jika terjadi dehidrasi. Untuk infeksi saluran urin yang kambuh,
antibiotik dengan dosis rendah diberikan setiap hari untuk beberapa minggu
untuk mencegah infeksi. Jika
batu ginjal menyebabkan infeksi, ahli urin dapat meminta Anda melalukan Shock
Wave Lithotripsy, laser, atau pembedahan untuk mengeluarkan batunya. Pada orang
dewasa, pengulangan kultur urin harus dilakukan untuk memastikan infeksi tidak
kambuh. Jika tes menunjukan infeksi, konsumsi antibiotik selama 14 hari harus
kembali dilakukan, jika masih terjadi, konsumsi antibiotik diperpanjang hingga
6 minggu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pielonefritis merupakan infeksi
bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau
kedua ginjal. Gangguan ini tidak dapat dilepaskan
dari infeksi saluran kemih. Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita,
hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan
laki-laki, dan saluran kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus,
sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Pencegahan yang dapat
dilakukan adalah tidak menahan rasa ingin buang air kecil serta
mencukupi kebutuhan air minum selain itu menjaga
kebersihan oergan ekskresi khususnya yang berhubungan dengan saluran kencing. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah menggunakan antibiotik yang dimasukkan lewat nadi. Untuk
infeksi saluran urin yang kambuh, antibiotik dengan dosis rendah diberikan
setiap hari untuk beberapa minggu untuk mencegah infeksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner, L dan Suddarth, D. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medical Bedah
( H. Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih,
Terjemahan). Ed 8. Vol 1. Jakarta: EGC.
Kumala, S., Raisa, N., Rahayu, L. &
Kiranasasi, A., 2009. UjiKepakaanBakeri
Yang Diisolasi Dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) Terhadap Beberapa
Antibiotik Pada Periode Maret-Juni 2008. Majalah Ilmu Kefarmasian, 6
(2), 1693-9883.
Mc
Phee, S. J., dan Ganong, W. F.
2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5, 64. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pai,
Reifanli M, Adrian Umboh, dan Rocky Wilar. 2016. Hubungan Kebiasaan Mandi dengan Kejadian Leukosituria Pada Anak di
Kelurahan Karame. Jurnal e-Clinic (e-CI). Volume 4 nomor 1.
Priyanto.2008. Farmakologi
Dasar Untuk Mahasiswa Keperawatan & Farmasi.
Lembaga Studi dan Konsultasi
(Leskonfi). Depok, 83.
Robbins, Contran. 2006. Dasar Patologis
Penyakit. Edisi 7. Jakarta : EGC
Santoso,
B. 1990. Peta Klasifikasi Antibiotik dan Prinsip Pemilihan dan Pemakaiannya dalam
Klinik, Kristin, E., Mustofa, Santoso, B., Suryawati, S., dalam Pemilihan dan
Pemakaian Antibiotik dalam Klinik. Yogyakarta:
Yayasan
Melati Nusantara.
Tambayong,
jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta
: EGC
Widiarta, Bayu.
2012. Konsep Penyakit Pielonefritis. https://www.academia.edu/6828789/KONSEP_PENYAKIT_PIELONEFRITIS_A,
diakses 23 Juni 2016.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi
7. Jakarta : EGC
0 comments:
Post a Comment