TUGAS
TERSTRUKTUR
“Dapatkan dan
Gunakan Obat Dengan Benar”
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
• DIAN MELIANA DEWI (I1A015009)
• NUR AFIYANI (I1A015029)
• ASTRID YOLANDA (I1A015034)
• ERSYLAN SUCIATI DEVI (I1A015039)
• AYU SHINTIA (I1A015063)
• TRI KURNIAWATI (I1A015085)
|
• EKO WARNI (I1A015102)
• FAJRI ADHIANTO (I1A015107)
• CATUR PAMUNGKAS (I1A015115)
• NADINE NASTITI (I1A015119)
• LA RE NANDE SANGRAENA (I1A015123)
|
KEMENTRIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................
2.1 Pengelolaan Obat ............................................................................................................
2.2 Tips Membeli Dan Mendapatkan
Obat Yang Baik .....................................................
2.3 Tipe jalur pemberian obat .............................................................................................
2.4 Syarat dan Komponen Pemberian Obat .......................................................................
2.5 Kesalahan Pengobatan ...................................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
3.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah sediaan
atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi. (PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993).
Obat merupakan terapi
primer yang berhubungan dengan
penyembuhan penyakit.Tidak peduli dimanapun klien menerima pelayanan kesehatan,
rumah sakit, klinik, atau di rumah, perawat memegang peranan penting dalam
persiapan dan pemberian obat, mengajarkan cara menggunakan obat dan
mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan. Obat tidak selamanya baik, kadang obat justru berbahaya, karena takaran
tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit
atau gejala sakit.
Di era teknologi yang
sudah maju saat ini, semua bisa kita dapatkan dengan cepat. Apalagi dengan
adanya internet, semua aktifitas sudah bisa dilakukan. Mulai dari kirim email, chatting,
tele-confrence, dan bisnis. Demikian juga dengan obat, untuk mendapatkan
obat melalui internet sudah bisa di lakukan dengan mudah. Cukup anda mengetik kata "obat"
atau "toko obat" atau "informasi obat" di google, maka
sudah terdapat puluhan toko obat yang menyediakan pelayanan penjualan obat
secara online.Permasalahannya adalah apakah obat yang kita beli itu sesuai
dengan apa yang tertulis atau tidak. Dengan begitu, sekarang kita harus
cari tahu apakah obat yang kita beli "ASLI ATAU PALSU".
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana cara mengelola obat dengan benar?
2.
Bagaimana cara membeli dan mendapatkan
obat yang baik?
3.
Bagaimana syarat dan komponen pengobatan?
4.
Apa saja tipe jalur pemberian obat?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Menambah dan
meningkatkan wawasan tentang obat.
2.
Mengetahui definisi obat dan cara memilih obat yang baik.
3.
Mengetahui cara membeli dan
mendapatkan obat yang baik
4.
Mengetahui tipe jalur pemberian obat
5.
Mengetahui hal yang dapat menyebabkan kesalahan dan pencegahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengelolaan Obat
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien.
Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan
kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.
Tujuan
utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia
dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi
masyarakat yang membutuhkan.
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat
menjamin :
a. Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek
b.
Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan
efisien
c.
Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang
baik
d.
Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat
yang efektif
e.
Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung
pelayanan kefarmasian sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
f.
Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah
dan kualifikasi yang tepat
g.
Digunakannya obat secara rasional
Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai empat kegiatan yaitu
:
a. Perumusan kebutuhan (selection)
b.
Pengadaan (procurement)
c.
Distribusi (distribution)
d.
Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
Masing-masing
kegiatan di atas dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi manajemen yaitu Planning,
Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti bahwa untuk
kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung
oleh sistem manajemen penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a. Pengelolaan Organisasi
b.
Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan
dan kesinambungan
c.
Pengelolaan informasi
d.
Pengelolaan dan pengembangan sumber daya
manusia
Pelaksanaan
keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung pengelolaan tersebut di
atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan perundangan (legal
framework) yang mantap serta didukung oleh kepedulian masyarakat.
Pengelolaan
obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan/
seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak
(metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Seleksi : meliputi
kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial ekonomi
masyarakat, pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa yang harus
tersedia.
Pengadaan : meliputi
perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan,
pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu.
Distribusi : meliputi
kegiatan pengendalian persediaan obat, dan penyimpanan
Penggunaan : pelayanan
farmasi.
Untuk
terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang
dengan sistem informasi manajemen obat untuk menggalang keterpaduan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini,
pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat diselaraskan
dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang menimbulkan kegagalan atau
keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera
dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlukan untuk
mengatasinya.
2.2 Tips Membeli Dan Mendapatkan Obat Yang Baik
1.
Beli obat di Apotek atau Toko
Obat yang memiliki ijin
Agar aman, sebaiknya
membeli obat di apotek. Obat-obatan yang ada di apotek biasanya berasal dari distributor obat yang menyediakan obat yang di
produksi oleh perusahaan farmasi (Pharmaceutical company).Apalagi apotek mempunyai izin resmi
dari dinas kesehatan setempat dan dibawah pengawasan seorang apoteker, sehingga
obat yang didapatkan dari apotek bisa kita jamin kualitas dan keasliannya.Selain di apotek, obat juga bisa
didapatkan melalui toko obat. Namun perlu diperhatikan, dengan semakin
menjamurnya toko obat, maka perlu lebih selektif dalam memilih toko obat. Lihat
dulu apakah toko obat tersebut memiliki izin pendirian atau tidak dan tanyakan
kepada pemilik toko obat dari mana penyediaan obat dari toko tersebut. Hal ini
penting untuk menghindari mendapatkan obat yang kualitasnya buruk atau obat
palsu.
2. Cek obat yang akan kita beli
Mengecek
obat yang akan dibeli berguna untuk membedakan secara
fisik apakah obat itu obat palsu atau obat asli. Namun ada hal mendasar yang
dapat kita jadikan dasar apakah obat itu asli atau palsu adalah "HARGA
OBAT".
Bisa juga dengan menyurvey harga obat yang
akan kita beli. Jika harga obat di suatu tempat lebih murah dengan perbedaan
yang significant, maka kita bisa duga bahwa obat itu adalah palsu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanggal kadaluarsa
obat. Membeli obat yang sudah lewat tanggal kadaluarsanya sangat dilaranag,
karena bisa jadi obat tersebut bukan menjadi obat, tetapi menjadi racun bagi
tubuh.
2.3 Tipe jalur pemberian obat
Jalur pemberian obat
tergantung pada bentuk obat dan efek yang diharapkan,serta kondisi fisik dan
mental klien.
1. Jalur Oral
Jalur oral merupakan jalur yang termudah dan paling
sering digunakan.Obat diberikan melalui mulut dan ditelan dengan bantuan
cairan.Obat oral memiliki onset kerja yang lebih lambat dan efek yang lebih
lama daripada pemberian parenteral. Klien biasanya memilih jalur pemberian oral.
2. Jalur
Parenteral
Pemberian parenteral adalah menyuntikkan obat ke dalam
tubuh. Berikut ini merupakan
tempat utama pemberian parenteral :
a. Intradermal : penyuntikkan ke kulit tepat di
bawah epidermis.
b.
Subkutan : penyuntikkan
ke jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit.
c.
Intramuskular : penyuntikkan
ke dalam otot.
d.
Intravena : penyuntikkan
ke dalam pembuluh vena.
3.
Pemberian Obat Topikal
Obat yang dioleskan ke kulit dan membran mukosa
biasanya memiliki efek lokal. Pemberian obat topikal bisa dengan cara mengoleskan ke seluruh area, memberikan di bawah
pembalut, menggosok bagian tubuh
dengan larutan, atau obat diberikan pada saat mandi.
4. Jalur Inhalasi
Saluran pernapasan yang lebih dalam menyediakan daerah
permukaan yang luas untuk penyerapan obat. Perawat memberikan obat inhalasi melalui lubang
hidung, mulut, selang endotrakeal, atau trakeostomi. Selang endotrakeal masuk
lewat mulut klien dan berhenti di trakea. Sedangkan selang trakeostomi langsung
memasuki trakea melalui sayatan kulit di daerah leher. Obat yang diberikan
melalui inhalasi dapat langsung diserap dan bekerja dengan cepat karena
jaringan paru memiliki suplai pembuluh darah yang banyak. Banyak obat-obatan
inhalasi memiliki efek local maupun sistemik.
5. Jalur
Intraokular
Penghantaran obat intraokular mencakup pemasukan obat seperti memakaikan
lensa kontak pada klien. Obat mata yang berbentuk lempeng memiliki dua lapis luar yang lunak di mana
obat melekat. Perawat memasukkan
lempeng ke mata klien seperti memasukkan lensa kontak,dan obat tersebut dapat
tinggal di mata klien sampai satu minggu. Pilokarpin, obat untuk mengatasi glaukoma, merupakan obat berbentuk lempeng yang paling umum.
2.4 Syarat dan Komponen Pemberian Obat
Persiapan dan pemberian
obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat. Perawat harus memberikan
perhatian penuh dalam mempersiapkan obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas
lain ketika memberikan obat. Perawat menggunakan “lima benar” pemberian obat untuk menjamin pemberian
obat yang aman. Lima benar pemberian obat sebagai berikut :
1. Benar Obat
2. Benar Dosis
3. Benar Klien
4. Benar Rute Pemberian
5. Benar Waktu
1.
BENAR OBAT
Ketika obat pertama
kali diprogramkan, perawat membandingkan tiket obat atau format pencatatan
unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat, perawat membandingkan
label pada wadah obat dengan format atau tiket obat. Perawat melakukan ini 3x
yaitu :
1. Sebelum
memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
2. Pada
saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
3. Sebelum
mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya
memberikan obat yang dipersiapkan. Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan
obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Pada kebanyakan kasus, intsruksi obat telah
diubah. Namun, pertanyaan klien bisa
mengungkap suatu kesalahan. Perawat harus tidak boleh memberikan obat tersebut
sampai program dokter diperiksa kembali. Obat dosis tunggal dan obat yang belum dikemas dapat
dikembalikan ke tempat penyimpanan jika belum dibuka.
2.
BENAR DOSIS
Ketika sebuah obat
harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar dan lebih kecil dari yang
dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat
yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat
pada situasi ini.
Perawat harus memeriksa perhitungan dosis yang dilakukan oleh perawat lain.
Setelah menghitung dosis, perawat menyiapkan obat dengan menggunakan alat
perhitungan standar. Klien sebaiknya melakukan perhitungan dengan menggunakan
sendok yang biasa digunakan di dapur dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang volumenya
bervariasi.
Untuk membelah tablet
membentuk biji ( scored tablet ), perawat harus yakin bahwa
potongan tersebut rata. Sebuah tablet dapat dibagi dua dengan menggunakan
sisi pisau atau dengan membungkus tablet dengan tisu kemudian membelahnya
dengan jari. Setelah obat dibelah, perawat dapat memberikan kedua bagian obat
secara berurutan, namun jika
hanya bagian kedua telah kembali dikemas dan dilabel. Alat penghancur harus selalu
dibersihkan secara keseluruhan sebelum tablet dihancurkan. Obat yang
dihancurkan harus dicampur dengan air atau makanan dalam jumlah yang sangat
sedikit.
3.
BENAR KLIEN
Langkah penting dalam
pemberian obat yang aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan kepada
klien yang benar. Perawat yang bekerja dirumah sakit atau lingkungan perawatan
lain sering bertanggung jawab untuk memberikan obat pada banyak klien.
Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu,
format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi
klien dan meminta klien menyebutkan namanya. Ketika menanyakan nama klien,
perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan berasumsi bahwa respons klien
menunjukan bahwa klien adalah orang yang benar. Hal ini sangat penting bahkan
jika perawat telah merawat klien selama beberapa hari. Supaya klien merasa nyaman, perawat dapat
mengatakan bahwa dalam memberikan obat secara rutin perawat harus mengidentifikasi nama
klien.
4.
BENAR RUTE PEMBERIAN
Ketika sebuah instruksi obat tidak
menerangkan rute pemberian obat, perawat mengkonsultasikannya kepada dokter.
Demikian juga bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan,
perawat harus segera mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi,
rute yang benar sangat penting. Menyiapkan injeksi hanya
dari preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral juga sangat penting. Menginjeksi cairan
yang dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan komplikasi, misalnya
abses steril atau efek sistemik yang fatal. Perusahaan obat memberi label
“hanya untuk injeksi” pada obat-obatan parenteral
5.
BENAR WAKTU
Perawat harus
mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal
tersebut dapat diubah. Contoh, diprogramkan 2 obat, satu 8 h (setiap 8 jam ) dan
yang lain 3 kali sehari. Kedua obat diberikan 3x
dalam 24 jam. Tujuan dokter memberikan obat 8h dalam hitungan jam ialah
mempertahankan kadar terapeutik obat. setiap institusi memiliki rekomendasi
jadwal waktu untuk obat yang harus dengan interval sering. Contoh, obat qid (4x
sehari) dapat diberikan pada pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00 obat tid
dapat diberikan pada pukul 08.00, 14.00, dan 20.00.
Apabila seorang perawat
bertanggung jawab memberikan beberapa obat, maka obat yang harus bekerja
pada waktu-waktu tertentu harus diprioritaskan. Misalnya, insulin harus diberikan
pada interval yang tepat sebelum makan.
Beberapa obat
memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu pemberian yang
tepat. Banyak klien yang dirawat memilih tidur lebih awal dari pada yang biasa
mereka lakuan dirumah. Namun, jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur
dapat menggangu tidur klien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu
waktu dimana klien dapat memperolah manfaat optimal obat. perawat mengkaji
tingkat nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidak nyamanannya. Apabila
perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek analgesik mungkin
tidak cukup. Perawat mungkin perlu
meminta dokter menambah analgesik prn.
2.5 Kesalahan Pengobatan
Kesalahan pengobatan
adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat yang salah dan
tidak mendapat terapi obat yang tepat (Edgar, Lee , Cousins, 1994).. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat
dalam pembuatan resep, transkirpsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat.
Perawat memainkan peran
yang sangat penting dalam lingkaran esensial pencegahan kesalahan pengobatan. Sayangnya, kebanyakan kesalahan pengobatan dilakukan oleh perawat dan terjadi saat
perawat gagal mengikuti prosedur rutin. Kesalahan yang terjadi harus segera diketahui dan
dilaporkan kepada pegawai rumah sakit yang tepat. Perawat memiliki kewajiban
etis dan profesi untuk melaporkan kesalahan kepada dokter dan manager
keperawatan. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan.
Untuk mencegah
kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien, perawat harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ;
1 Seorang
perawat harus teliti membaca label obat. Banyak obat atau produk tersedia dalam
kotak, warna dan bentuk yang sama.
2 Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk
dosis tunggal. Kebanyakan dosis
terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal.
Intervensi yang salah terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis
tinggi berlebihan.
3 Mewaspadai obat-obatan
yang bernama sama. Banyak nama obat terdengar sama misalkan digoksin dan digitoksin, keflex
dan keflin, orinase dan ornade.
4 Mencermati angka di belakang koma. Beberapa obat
tersedia dalam jumlah yang merupakan perkalian satu sama lain. Contoh tablet cournadin dalam
tablet 2,5 dan 25 mg, thorazine dalam spansules (sejenis kapsul) 30 dan 300 mg.
5 Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan
berlebihan. Kebanyakkan dosis diprogramkan secara bertahap supaya dokter dapat
memantau efek terapiutik dan responnya.
6 Ketika suatu
obat baru atau obat yang tidak lazim diprogramkan, konsultasikan kepada
sumbernya. Jika dokter juga tidak lazim dengan obat tersebut, maka risiko pemberian
dosis yang tidak akurat menjadi masalah lebih besar.
7 Jangan
memberikan obat yang diprogramkan dengan nama pendek atau singkatan tidak
resmi. Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk
obat yang sering diprogramkan. Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal
nama tersebut, obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
8 Jangan berupaya untuk menguraikan dan
mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca. Apabila ragu, sebaiknya menanyakan
kepada dokter. Kesempatan terjadinya salah interpretasi sangat besar kecuali
jika perawat mempertanyakan program obat yang sulit dibaca.
9 Kenali klien
yang memiliki nama akhir sama dan juga minta klien menyebutkan nama lengkapnya atau perawat bisa mencermati nama
yang tertera pada tanda pengenal. Seringkali satu atau dua orang klien memiliki nama akhir yang sama atau
mirip. Label khusus pada kardeks atau buku obat dapat memberi peringatan
tentang masalah yang potensial.
10 Perawat juga mencermati ekuivalen. Saat
tergesa-gesa, salah membaca ekuivalen mudah
terjadi. Contoh, miligram dibaca
mililiter.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa Obat
adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat adalah substansi yang berhubungan
fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan.
Pengobatan
atau medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan terapeutik / menyembuhkan.
3.2 Saran
Dengan
adanya tugas terstruktur ini, pembaca diharapkan bisa memperoleh informasi
bagaimana cara mendapatkan dan menggunakan obat dengan baik. Kami menyadari
bahwa tugas terstruktur ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami berharap
kepada semua pembaca untuk bersedia memberikan saran maupun kritik kepada penulis
mengenai tugas terstruktur ini. Meskipun demikian, kami berharap tugas
terstruktur ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Andresni,
Hafiko. “Makalah obat-obat” . 05 Agustus 1994. http://hafikoandresni005.blogspot.co.id/2013/05/makalah-obat-obatan.html.
Hidayat, A.Aziz Alimul,
2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Wijaya,
Rony. “Bahaya obat-obatan “. 07 Mei 2012. http://www.ronywijaya.web.id/2012/05/bahaya-obat-obatan.html
0 comments:
Post a Comment