Wednesday, December 28, 2016

DAGUSIBU FARMAKOLOGI



TUGAS TERSTRUKTUR
“Dapatkan dan Gunakan Obat Dengan Benar”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi







DIAN MELIANA DEWI                     (I1A015009)
NUR AFIYANI                                     (I1A015029)
ASTRID YOLANDA                            (I1A015034)
ERSYLAN SUCIATI DEVI                  (I1A015039)
AYU SHINTIA                                      (I1A015063)
TRI KURNIAWATI                             (I1A015085)
EKO WARNI                                        (I1A015102)
FAJRI ADHIANTO                              (I1A015107)
CATUR PAMUNGKAS                     (I1A015115)
NADINE NASTITI                               (I1A015119)
LA RE NANDE SANGRAENA          (I1A015123)
KELOMPOK 4:







KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016

DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................
1.1  Latar Belakang ................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................
2.1  Pengelolaan Obat ............................................................................................................
2.2 Tips Membeli Dan Mendapatkan Obat Yang Baik .....................................................
2.3  Tipe jalur pemberian obat .............................................................................................
2.4 Syarat dan Komponen Pemberian Obat .......................................................................
2.5 Kesalahan Pengobatan ...................................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
3.1    Kesimpulan


















BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Obat adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. (PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993).
Obat merupakan terapi primer  yang berhubungan dengan penyembuhan penyakit.Tidak peduli dimanapun klien menerima pelayanan kesehatan, rumah sakit, klinik, atau di rumah, perawat memegang peranan penting dalam persiapan dan pemberian obat, mengajarkan cara menggunakan obat dan mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan. Obat tidak selamanya baik, kadang obat justru berbahaya, karena takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.
Di era teknologi yang sudah maju saat ini, semua bisa kita dapatkan dengan cepat. Apalagi dengan adanya internet, semua aktifitas sudah bisa dilakukan. Mulai dari kirim email, chatting, tele-confrence, dan bisnis. Demikian juga dengan obat, untuk mendapatkan obat melalui internet sudah bisa di lakukan dengan mudah. Cukup anda mengetik kata "obat" atau "toko obat" atau "informasi obat" di google, maka sudah terdapat puluhan toko obat yang menyediakan pelayanan penjualan obat secara online.Permasalahannya adalah apakah obat yang kita beli itu sesuai dengan apa yang tertulis atau tidak. Dengan begitu, sekarang kita harus cari tahu apakah obat yang kita beli "ASLI ATAU PALSU".








1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.              Bagaimana cara mengelola obat dengan benar?
2.              Bagaimana cara membeli dan mendapatkan obat yang baik?
3.              Bagaimana syarat dan komponen pengobatan?
4.              Apa saja tipe jalur pemberian obat?    


1.3    Tujuan dan Manfaat
1.      Menambah dan meningkatkan wawasan tentang obat.
2.      Mengetahui definisi obat dan cara memilih obat yang baik.
3.      Mengetahui cara membeli dan mendapatkan obat yang baik
4.      Mengetahui tipe jalur pemberian obat
5.      Mengetahui hal yang dapat menyebabkan kesalahan dan pencegahannya.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengelolaan Obat
      Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
 Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a.       Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek
b.      Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c.       Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d.      Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e.       Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
f.       Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat
g.       Digunakannya obat secara rasional

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai empat kegiatan yaitu :
a.       Perumusan kebutuhan (selection)
b.      Pengadaan (procurement)
c.        Distribusi (distribution)
d.      Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
      Masing-masing kegiatan di atas dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti bahwa untuk kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem manajemen penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a.       Pengelolaan Organisasi
b.      Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c.       Pengelolaan informasi
d.      Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung pengelolaan tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan perundangan (legal framework) yang mantap serta didukung oleh kepedulian masyarakat.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Seleksi            : meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial ekonomi masyarakat, pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa yang harus tersedia.
Pengadaan      : meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu.
Distribusi         : meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan penyimpanan
Penggunaan     : pelayanan farmasi.

Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang dengan sistem informasi manajemen obat  untuk menggalang keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini, pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlukan untuk mengatasinya.


2.2 Tips Membeli Dan Mendapatkan Obat Yang Baik

1.      Beli obat di Apotek atau Toko Obat yang memiliki ijin
Agar aman, sebaiknya membeli obat di apotek. Obat-obatan yang ada di apotek biasanya berasal dari distributor obat yang menyediakan obat yang di produksi oleh perusahaan farmasi (Pharmaceutical company).Apalagi apotek mempunyai izin resmi dari dinas kesehatan setempat dan dibawah pengawasan seorang apoteker, sehingga obat yang didapatkan dari apotek bisa kita jamin kualitas dan keasliannya.Selain di apotek, obat juga bisa didapatkan melalui toko obat. Namun perlu diperhatikan, dengan semakin menjamurnya toko obat, maka perlu lebih selektif dalam memilih toko obat. Lihat dulu apakah toko obat tersebut memiliki izin pendirian atau tidak dan tanyakan kepada pemilik toko obat dari mana penyediaan obat dari toko tersebut. Hal ini penting untuk menghindari mendapatkan obat yang kualitasnya buruk atau obat palsu.

2.    Cek obat yang akan kita beli
Mengecek obat yang akan dibeli berguna untuk membedakan secara fisik apakah obat itu obat palsu atau obat asli. Namun ada hal mendasar yang dapat kita jadikan dasar apakah obat itu asli atau palsu adalah "HARGA OBAT". Bisa juga dengan menyurvey harga obat yang akan kita beli. Jika harga obat di suatu tempat lebih murah dengan perbedaan yang significant, maka kita bisa duga bahwa obat itu adalah palsu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanggal kadaluarsa obat. Membeli obat yang sudah lewat tanggal kadaluarsanya sangat dilaranag, karena bisa jadi obat tersebut bukan menjadi obat, tetapi menjadi racun bagi tubuh.

2.3  Tipe jalur pemberian obat
Jalur pemberian obat tergantung pada bentuk obat dan efek yang diharapkan,serta kondisi fisik dan mental klien.
1.      Jalur Oral
Jalur oral merupakan jalur yang termudah dan paling sering digunakan.Obat diberikan melalui mulut dan ditelan dengan bantuan cairan.Obat oral memiliki onset kerja yang lebih lambat dan efek yang lebih lama daripada pemberian parenteral. Klien biasanya memilih jalur pemberian oral.

2.       Jalur Parenteral
Pemberian parenteral adalah menyuntikkan obat ke dalam tubuh. Berikut ini merupakan tempat utama pemberian parenteral :
a.       Intradermal      : penyuntikkan ke kulit tepat di bawah epidermis.
b.      Subkutan         : penyuntikkan ke jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit.
c.       Intramuskular  : penyuntikkan ke dalam otot.
d.      Intravena         : penyuntikkan ke dalam pembuluh vena.
3.      Pemberian Obat Topikal
Obat yang dioleskan ke kulit dan membran mukosa biasanya memiliki efek lokal. Pemberian obat topikal bisa dengan cara mengoleskan ke seluruh area, memberikan di bawah pembalut, menggosok bagian tubuh dengan larutan, atau obat diberikan pada saat mandi.
4.      Jalur Inhalasi
Saluran pernapasan yang lebih dalam menyediakan daerah permukaan yang luas untuk penyerapan obat. Perawat memberikan obat inhalasi melalui lubang hidung, mulut, selang endotrakeal, atau trakeostomi. Selang endotrakeal masuk lewat mulut klien dan berhenti di trakea. Sedangkan selang trakeostomi langsung memasuki trakea melalui sayatan kulit di daerah leher. Obat yang diberikan melalui inhalasi dapat langsung diserap dan bekerja dengan cepat karena jaringan paru memiliki suplai pembuluh darah yang banyak. Banyak obat-obatan inhalasi memiliki efek local maupun sistemik.
5.      Jalur Intraokular
Penghantaran obat intraokular mencakup pemasukan obat seperti memakaikan lensa kontak pada klien. Obat mata yang berbentuk lempeng memiliki dua lapis luar yang lunak di mana obat melekat. Perawat memasukkan lempeng ke mata klien seperti memasukkan lensa kontak,dan obat tersebut dapat tinggal di mata klien sampai satu minggu. Pilokarpin, obat untuk mengatasi glaukoma, merupakan obat berbentuk lempeng yang paling umum.

2.4 Syarat dan Komponen Pemberian Obat
Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat. Perawat harus memberikan perhatian penuh dalam mempersiapkan obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas lain ketika memberikan obat. Perawat menggunakan “lima benar” pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang aman. Lima benar pemberian obat sebagai berikut :
1. Benar Obat
2. Benar Dosis
3. Benar Klien
4. Benar Rute Pemberian
5. Benar Waktu

    1. BENAR OBAT
Ketika obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan tiket obat atau format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat, perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat. Perawat melakukan ini 3x yaitu :
1.      Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
2.      Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
3.      Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya memberikan obat yang dipersiapkan. Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Pada kebanyakan kasus, intsruksi obat telah diubah. Namun, pertanyaan klien bisa mengungkap suatu kesalahan. Perawat harus tidak boleh memberikan obat tersebut sampai program dokter diperiksa kembali. Obat dosis tunggal dan obat yang belum dikemas dapat dikembalikan ke tempat penyimpanan jika belum dibuka.

2.      BENAR DOSIS
Ketika sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar dan lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat pada situasi ini. Perawat harus memeriksa perhitungan dosis yang dilakukan oleh perawat lain. Setelah menghitung dosis, perawat menyiapkan obat dengan menggunakan alat perhitungan standar. Klien sebaiknya melakukan perhitungan dengan menggunakan sendok yang biasa digunakan di dapur dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang volumenya bervariasi.
Untuk membelah tablet membentuk biji ( scored tablet ), perawat harus yakin bahwa potongan tersebut rata. Sebuah tablet dapat dibagi dua dengan menggunakan sisi pisau atau dengan membungkus tablet dengan tisu kemudian membelahnya dengan jari. Setelah obat dibelah, perawat dapat memberikan kedua bagian obat secara berurutan, namun jika hanya bagian kedua telah kembali dikemas dan dilabel. Alat penghancur harus selalu dibersihkan secara keseluruhan sebelum tablet dihancurkan. Obat yang dihancurkan harus dicampur dengan air atau makanan dalam jumlah yang sangat sedikit.

3.      BENAR KLIEN
Langkah penting dalam pemberian obat yang aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan kepada klien yang benar. Perawat yang bekerja dirumah sakit atau lingkungan perawatan lain sering  bertanggung jawab untuk memberikan obat pada banyak klien. Untuk  mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya. Ketika menanyakan nama klien, perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan berasumsi bahwa respons klien menunjukan bahwa klien adalah orang yang benar. Hal ini sangat penting bahkan jika perawat telah merawat klien selama beberapa hari. Supaya klien merasa nyaman, perawat dapat mengatakan bahwa dalam memberikan obat secara rutin perawat harus mengidentifikasi nama klien.

4.      BENAR RUTE PEMBERIAN
Ketika sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengkonsultasikannya kepada dokter. Demikian juga bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi, rute yang benar sangat penting. Menyiapkan injeksi hanya dari preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral juga sangat penting. Menginjeksi cairan yang dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan komplikasi, misalnya abses steril atau efek sistemik yang fatal. Perusahaan obat memberi label “hanya untuk injeksi” pada obat-obatan parenteral
5.      BENAR WAKTU
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah. Contoh, diprogramkan 2 obat, satu 8 h (setiap 8 jam ) dan yang lain 3 kali sehari. Kedua obat diberikan 3x dalam 24 jam. Tujuan dokter memberikan obat 8h dalam hitungan jam ialah mempertahankan kadar terapeutik obat. setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus dengan interval sering. Contoh, obat qid (4x sehari) dapat diberikan pada pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00 obat tid dapat diberikan pada pukul 08.00, 14.00, dan 20.00.
Apabila seorang perawat bertanggung jawab memberikan beberapa obat, maka obat yang harus bekerja  pada waktu-waktu tertentu harus diprioritaskan. Misalnya, insulin harus diberikan pada interval yang tepat sebelum makan.
Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu pemberian yang tepat. Banyak klien yang dirawat memilih tidur lebih awal dari pada yang biasa mereka lakuan dirumah. Namun, jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur dapat menggangu tidur klien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat memperolah manfaat optimal obat. perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidak nyamanannya. Apabila perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek analgesik mungkin tidak cukup. Perawat mungkin perlu meminta dokter menambah analgesik prn.


2.5 Kesalahan Pengobatan
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat yang salah dan tidak mendapat terapi obat yang tepat (Edgar, Lee , Cousins, 1994).. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resep, transkirpsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat.
Perawat memainkan peran yang sangat penting dalam lingkaran esensial pencegahan kesalahan pengobatan. Sayangnya, kebanyakan kesalahan pengobatan dilakukan oleh perawat dan terjadi saat perawat gagal mengikuti prosedur rutin. Kesalahan yang terjadi harus segera diketahui dan dilaporkan kepada pegawai rumah sakit yang tepat. Perawat memiliki kewajiban etis dan profesi untuk melaporkan kesalahan kepada dokter dan manager keperawatan. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan.
Untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien, perawat harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ;
1  Seorang perawat harus teliti membaca label obat. Banyak obat atau produk tersedia dalam kotak, warna dan bentuk yang sama.
2 Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal. Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Intervensi yang salah terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi berlebihan.
3  Mewaspadai obat-obatan yang bernama sama. Banyak nama obat terdengar sama misalkan digoksin dan digitoksin, keflex dan keflin, orinase dan ornade.
4 Mencermati angka di belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan perkalian satu sama lain. Contoh tablet cournadin dalam tablet 2,5 dan 25 mg, thorazine dalam spansules (sejenis kapsul) 30 dan 300 mg.
5 Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakkan dosis diprogramkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek terapiutik dan responnya.
6  Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim diprogramkan, konsultasikan kepada sumbernya. Jika dokter juga tidak lazim dengan obat tersebut, maka risiko pemberian dosis yang tidak akurat menjadi masalah lebih besar.
7  Jangan memberikan obat yang diprogramkan dengan nama pendek atau singkatan tidak resmi. Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat yang sering diprogramkan. Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal nama tersebut, obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
8 Jangan berupaya untuk menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca. Apabila ragu, sebaiknya menanyakan kepada dokter. Kesempatan terjadinya salah interpretasi sangat besar kecuali jika perawat mempertanyakan program obat yang sulit dibaca.
9  Kenali klien yang memiliki nama akhir sama dan juga minta klien menyebutkan nama  lengkapnya atau perawat bisa mencermati nama yang tertera pada tanda pengenal. Seringkali satu atau dua orang klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip. Label khusus pada kardeks atau buku obat dapat memberi peringatan tentang masalah yang potensial.
10 Perawat juga mencermati ekuivalen. Saat tergesa-gesa, salah membaca ekuivalen mudah    terjadi. Contoh, miligram dibaca mililiter.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
                 Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan atau medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan terapeutik / menyembuhkan.

3.2    Saran
       Dengan adanya tugas terstruktur ini, pembaca diharapkan bisa memperoleh informasi bagaimana cara mendapatkan dan menggunakan obat dengan baik. Kami menyadari bahwa tugas terstruktur ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami berharap kepada semua pembaca untuk bersedia memberikan saran maupun kritik kepada penulis mengenai tugas terstruktur ini. Meskipun demikian, kami berharap tugas terstruktur ini bermanfaat bagi para pembaca.












DAFTAR PUSTAKA

Andresni, Hafiko. “Makalah obat-obat” . 05 Agustus 1994. http://hafikoandresni005.blogspot.co.id/2013/05/makalah-obat-obatan.html.

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Wijaya, Rony. “Bahaya obat-obatan “. 07 Mei 2012. http://www.ronywijaya.web.id/2012/05/bahaya-obat-obatan.html




0 comments:

Post a Comment