TUGAS
TERSTRUKTUR
PERENCANAAN
KOMUNIKASI KESEHATAN MODEL P PROCESS
KUMPUL IBU
CERDAS TANGGAP TBC “KUBAT” DI KABUPATEN KEBUMEN
Disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan
Disusun Oleh:
Kelompok 7, Kelas A
1.
Annisa Nurmaya Nindiasty G1B013064
2.
Liana Kurniasih I1A015005
3.
Iffa Dieni Pratiwi I1A015026
4.
Nafiah Nuzul Fajriyati I1A015047
5.
Dhita Rachmawati I1A015069
6.
Pradina Mutia Abdilla I1A015088
7.
Maharani Kartikasari I1A150103
8.
Nadine Nastiti I1A015119
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2016
PENDAHULUAN
Komunikasi
adalah proses penyampaian
suatu pernyataan oleh satu pihak kepada pihak yang lainnya atau banyak pihak
supaya bisa terhubung dengan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Dalam proses komunikasi terdapat istilah komunikan dan komunikator. P Process adalah sebuah kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap
bagaimana mengembangkan strategi program komunikasi.
P process sangat dibutuhkan untuk
menyusun suatu program kesehatan.
Tuberkulosis
(TB) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Diperkirakan jumlah pasien
TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Penyakit
Tuberkulosis (TB) sudah sangat lama di kenal oleh manusia. Penyebabnya adalah
Kuman Mycobacterium Tuberculosis yang
ditemukan oleh Robert Koch pada Tahun 1882. World Health Organitation (WHO)
telah memperkirakan bahwa pada tahun 1990 sampai 2000 terjadi peningkatan
penderita tuberkulosis dari 7,5 juta menjadi 10,2 juta dengan jumlah kematian
seluruhnya. Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan
bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk.
TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat hal ini dapat ditunjukan oleh
data perkiraan prevalensi penularannya.
Angka
penularan TB di Provinsi Jawa Tengah adalah 1% , WHO (1989) memperkirakan bahwa
setiap tahun terdapat 1,3 juta kasus baru TB anak. Data yang diperoleh dari
Bidang PMK Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen untuk proporsi kasus baru BTA (+)
yang tercatat di Kabupaten Kebumen yaitu penemuan kasus TB anak pada tahun 2010
adalah 48 kasus. Data TB anak tersebut belum termasuk data dari RSU, Praktek
dokter swasta dan RS swasta. Cakupan imunisasi BCG pada tahun 2009 di Kabupaten
Kebumen sudah melampai target (95%) yaitu 109,83%. Anak yang kontak dengan
penderita TB memiliki risiko 3,20 kali dibanding tidak memiliki kontak dengan
penderita TB.
Prevalensi
kasus TBC di Kabupaten Kebumen cukup tinggi yakni sekitar 2,1%. Hal ini
menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, khususnya dari pemerintah daerah
Kebumen. Jumlah penderita TBC didominasi oleh anak-anak, sehingga pada program
sebelumnya anak-anak menjadi sasaran program. Penyakit TBC disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tubercolosis yang
menyebabkan gangguan pernapasan.
Penyakit TBC ditandai dengan batuk
selama sebulan lebih dengan disertai darah, hilangnya nafsu makan serta
penurunan berat badan. Apabila tidak segera ditangani maka akan berakibat
fatal. Kurangnya penanganan terkait kasus TBC menyebabkan tingkat kematian
akibat penyakit ini cenderung tinggi. Hal inilah yang melatarbelakangi
terbentuknya program DOTS.
Adapun bentuk dari program ini yaitu
untuk mencegah, memonitoring dan melakukan upaya penyembuhan terhadap kasus
TBC. Letak kota kebumen yang berada di bagian selatan provinsi Jawa Tengah ini
menjadi sangat potensial untuk dikembangkannya program penanggulangan penyakit
TBC dengan menggunakan pendekatan berbasis penyuluhan dikarenakan struktur
penduduk yag masih rural dan tingkat
pendidikan masyarakat sebagian besar adalah lulusan SD.
Hal inilah yang melatarbelakangi
penulis dalam menyusun program “KUBAT” untuk menanggulani kasus TBC. Sasaran
dari program ini adalah ibu-ibu yang notabene nya memiliki anak yang berisiko
terkena TBC anak maupun masyarakat secara umumnya. Diharapkan setelah mengikuti
program ini, sasaran program dapat membagi ilmu yang dimilikinya ke masyarakat
luas karena di pedesaan penyebaran informasi secara lisan masih sangat relevan
untuk dilakukan.
Faktor
risiko yang dapat menimbulkan penyakit tuberkulosis terutama pada anak-anak
adalah faktor genetik, malnutrisi, vaksinasi, kemiskinan dan kepadatan penduduk
Faktor risiko utama yang dapat menimbulkan penyakit TB paru pada anak adalah
kontak dengan penderita TB dewasa. Anak-anak yang sakit TB tidak dapat
menularkan kuman TB ke anak lain atau ke orang dewasa. Sebab, pada anak
biasanya TB bersifat tertutup.
A.
ANALISIS KHALAYAK DAN PROGRAM
1.
Latar Belakang
a)
Letak Geografis
Secara geografis,
Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang Selatan dan 109°22' -
109°50' Bujur Timur. Daerah ini memiliki lebih dari seratus gua berstalaktit dan stalagmit. Sementara itu panjang pantai sekira 53 Km yang sebagian besar merupakan pantai dengan
fenomena gumuk pasir. Sungai terbesar di Kabupaten Kebumen adalah Sungai
Luk Ulo, Sungai Jatinegara, Sungai Karanganyar,
Sungai Kretek, Sungai Kedungbener, Sungai Kemit, Sungai Gombong, Sungai
Ijo, Sungai Kejawang, dan Kali
Medono.
Batas Wilayah :
Sebelah Timur : Kabupaten Purworejo & Kabupaten Wonosobo
Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegara
Sebelah Barat : Kabupaten Banyumas & Kabupaten Cilacap
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Luas Wilayah
Kabupaten Kebumen
secara administratif terdiri dari 26 kecamatan dengan luas wilayah sebesar
128.111,50 hektar atau 1.281,115 km², dengan kondisi beberapa wilayah merupakan
daerah pantai dan perbukitan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah.
Dari luas wilayah
Kabupaten Kebumen, pada tahun 2013 tercatat 39.748,00 hektar atau sekitar
31,03% merupakan lahan sawah dan 88.363,50 hektar atau 68,97% lahan kering.
Menurut sistem irigasinya, sebagian besar lahan sawah beririgasi teknis
(50,34%), dan hampir seluruhnya dapat ditanami dua kali dalam setahun,
beririgasi setengah teknis (9,23%), beririgasi sederhana (5,77%), beririgasi
desa (2,65%) dan sebagian berupa sawah tadah hujan dan pasang surut (32,02%).
b)
Data Penduduk
Penduduk Kabupaten Kebumen pada tahun
2005 tercatat 1.212.809 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 0, 79% dari tahun
sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 293.373 rumah tangga sehingga
rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebesar 4 jiwa. Kepadatan penduduk
Kabupaten Kebumen sebesar 947 jiwa/km², dengan Kecamatan Kebumen merupakan
daerah terpadat penduduknya dengan 2.867 jiwa/km² dan Kecamatan Sadang
merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 351 jiwa/km².
Jumlah penduduk laki-laki sebanyak
612.467 jiwa dan perempuan sebanyak 600.342 jiwa sehingga sex-ratio-nya sebesar
102. Ditinjau dari distribusi/persebaran penduduknya, penduduk terbanyak di
Kecamatan Kebumen, yaitu sebesar 9,94 persen, dan penduduk paling sedikit di
Kecamatan Padureso sebesar 1,16% dari seluruh penduduk Kabupaten Kebumen.
Dilihat menurut kelompok umur, penduduk
di bawah 15 tahun sebesar 30, 45% atau 369.329 jiwa dan penduduk usia 65 tahun
ke atas berjumlah 92.600 jiwa atau 7, 64 persen, sedang penduduk usia 15 – 65
tahun sebanyak 750.880 atau 61, 91 persen.
c)
Sosial,
Ekonomi, Budaya, dan Pendidikan
1)
Keadaan
Pendidikan
Kondisi pendidikan di Kabupaten Kebumen
ditinjau dari rasio murid terhadap guru, untuk semua jenjang pendidikan sudah
cukup baik. Secara rata-rata seorang guru hanya melayani tidak lebih dari 15
siswa. Pada sisi lain ditinjau dari ketersediaan prasarana pendidikan atau
rasio murid terhadap sekolah, terdapat perbedaan yang mencolok antar jenjang
pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin besar pula
rasionya. Jika satu sekolah TK secara rata-rata hanya melayani 32 siswa, maka
pada SD rasionya adalah sebesar 146 siswa persekolah, sementara untuk SMP dan
SMA rasionya masing-masing sebesar 341 dan 442 siswa persekolah. Sampai saat
ini, di Kabupaten Kebumen terdapat 7 perguruan tinggi swasta dan satu perguruan
tinggi negeri. Jumlah mahasiswa dari seluruh Perguruan Tinggi tersebut sebanyak
5.272 mahasiswa menurun 34,51 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah dosen tahun
2014 sebanyak 383 orang meningkat 18.94 persen
dibanding tahun 2013.
Pada gambar di atas menunjukan bahwa ijazah yang paling
banyak dimiliki adalah pada tingkat pendidikan SD/MI yaitu sebesar 37,74 %.
Penduduk dengan ijazah tertinggi Diploma IV/Sarjana sebesar 3,06 %. Penduduk
yang tidak memiliki ijazah masih cukup tinggi, yaitu sebesar 31, 50 %.
2)
Keadaan Perekonomian di Kabupaten Kebumen
· Kondisi dan Struktur Ekonomi
Untuk melihat
struktur perekonomian di Kabupaten Kebumen, salah satunya dengan melihat Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menggambarkan kontribusi masing-masing
lapangan usaha. Dari data yang ada, ternyata Kabupaten Kebumen masih didominasi
sektor pertanian, yang kontribusinya terhadap PDRB (berdasarkan harga berlaku
Tahun 2000) dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir selalu di atas 30%. Pada Tahun
2005, kontribusi sektor pertanian sebesar 39,81%, diikuti oleh sektor jasa-jasa
19,59%, sektor perdagangan, hotel dan restoran 11,35% dan sektor industri
pengolahan sebesar 9,82%.
Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kebumen dapat terlihat melalui nilai PDRB atas dasar harga
konstan, yang mengalami peningkatan sejak Tahun 2001-2005 rata-rata sebesar
2,45%. Tren pertumbuhan juga terus meningkat, yaitu dari 1,78% Tahun 2001
menjadi 3,21% Tahun 2005. Sedangkan besaran nilai PDRB Kabupaten Kebumen dalam
konteks Jawa Tengah berada pada posisi 24 dari 35.
·
Kabupaten/Kota.
Kinerja perekonomian Kabupaten Kebumen selama Tahun
2001-2005 dipengaruhi oleh sektor angkutan dan perhubungan; sektor jasa-jasa;
dan sektor pertambangan dan galian, yang mengalami pertumbuhan tinggi dan cukup
stabil masing-masing 18,62% dan 18,18% serta 15,80%. Sektor berikutnya adalah
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,14%, sektor bangunan dan konstruksi
sebesar 13,64% serta sektor pertanian sebesar 13,63%.
Dengan demikian
struktur ekonomi Kabupaten Kebumen didominasi oleh sektor pertanian. Sektor
pertanian merupakan kontributor terbesar dari total PDRB yaitu mencapai 37,15%.
Sektor ini didukung sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan
perikanan. Sebagian besar penduduk Kabupaten Kebumen bekerja di sektor ini yang
mencapai 52,85% atau 338.910 jiwa. Sektor lain yang menonjol adalah sektor
industri yang tiap tahun kontribusinya selalu meningkat. Pada sektor ini
didominasi oleh industri rumah tangga khususnya industri makanan olahan
sebanyak 35.099 unit yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 5.410 orang.
2.
Analisis SWOT Program
a.
Strength :
·
Bekerjasama dengan berbagai pihak terkait
dengan program “KUBAT”
·
Dilengkapi dengan sumber daya yang
menguasai dibidangnya
·
Memberdayakan masyarakat sehingga
keberlangsungan program dapat terjamin
·
Menggunakan metode penyuluhan serta
pemutaran film sehingga informasi mudah dipahami dan disebarluaskan ke
masyarakat umum
b. Weakness
:
·
Tingkat pendidikan yang berbeda baik itu
antara petugas kesehatan, maupun masyarakat sehingga membutuhkan persiapan yang
matang
·
Ketidaksesuaian antara jadwal progam
dengan kegiatan masyarakat
·
Materi yang disampaikan kurang menarik
·
Keengganan masyarakat untuk datang mengikuti program
c.
Opportunities :
·
Kerjasama lintas sektoral
·
Belum ada program serupa untuk
menanggulangi kasus TBC
·
Banyak sumber daya terutama kader-kader
yang bisa diberdayakan
d. Treats
:
·
Banyaknya institusi pendidikan yang
mengadakan program serupa sehingga menimbulkan rendahnya partisipasi masyarakat
·
Adanya pelabelan negatif dari masyarakat
kepada ibu-ibu yang mengikuti program “KUBAT”
3.
Analisis
Masalah
Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar
(80%) menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram
positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida
serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia. Umumnya Mycobacterium
tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini
mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini
dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga disebut sebagai
Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul
berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit.
Menurut HL. Blum, faktor–faktor yang
mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok, dan masyarakat dikelompokkan
menjadi 4, yaitu: lingkungan (mencakup lingkungan fi sik, sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan
keturunan. Keempat faktor tersebut dalam mempengaruhi kesehatan tidak berdiri
sendiri, namun masing–masing saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor
lingkungan selain langsung mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku,
dan perilaku sebaliknya juga mempengaruhi lingkungan (Salim 2010 dalam Suharyo
20 13).
Penyebab utama meningkatnya masalah TB
antara lain adalah : (a) Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti
pada Negara yang sedang berkembang. (b) Kegagalan TB selama ini. Hal ini
diakibatkan oleh tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak memadainya
organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan
kasus/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak
dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya),
tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan panduan obat yang tidak
standar, gagal menyembuhkan kasus yang didiagnosis), salah persepsi terhadap
manfaat dan efektifitas BCG, infrastruktur kesehatan yang buruk pada
Negara-negara Yang terkait, dan seperti lingkungan, gaya hidup, demografi,
pendidikan, ekonomi dan sosial budaya (Manalu, 2010).
Sumber penularan adalah penderita
tuberkulosis BTA positif, pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Beberapa faktor yang
mengakibatkan menularnya penyakit itu adalah kebiasaan buruk pasien TB paru
yang meludah sembarangan. Selain itu, kebersihan lingkungan juga dapat
mempengaruhi penyebaran virus. Misalnya, rumah yang kurang baik dalam
pengaturan ventilasi. Kondisi lembab akibat kurang lancarnya pergantian udara
dan sinar matahari dapat membantu berkembangbiaknya virus.
Gejala
TB paru terbagi menjadi
dua, yaitu
: gejala umum dan gejala khusus. Gejala umum secara klinis mempunyai gejala sbb
: (a) batuk selama lebih dari 3 minggu, (b) demam, (c) berat badan menurun
tanpa sebab, (d) berkeringat pada waktu malam, (e) mudah capai, (f) hilangnya
nafsu makan. Sedangkan Gejala khusus dapat digambarkan sbb : (a) tergantung
dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, (b) akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak, kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada, (c) bila mengenai tulang, maka akan terjadi
gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah, (d)
pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak dan disebut sebagai
menginitis (radang selaput otak), gejala adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejangkejang.
Disamping itu, masih banyak faktor yang
mempengaruhi pemberantasan TB paru antara lain sikap petugas kesehatan dalam
menangani pasien, ketersediaan obat dan faktor penderitanya sendiri. Berkaitan
dengan apa yang di uraikan diatas, 53, 83 % program penanggulangan TB paru
disebabkan oleh : (a) Penderita TB menganggap sakit batuk biasa, sehingga tidak
segera berobat ke Puskesmas, (b) Puskesmas belum dipercaya oleh masyarakat, dan
obat yang diberikan oleh puskesmas masih di anggap tidak manjur, (c) Kinerja
puskesmas belum optimal dalam upaya penanggulangan tuberculosis, (d) Masih
banyak praktek pengobatan yang belum menggunakan strategi DOTS, (e) Kemampuan
pemerintah daerah dalam menyediakan dana sangat terbatas (Manalu, 2010).
Cara-cara pengobatan kasus penyakit
tuberkulosisi dapat dilakukan sebagai berikut, Kasus Baru adalah penderita yang
belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan (30 dosis harian). Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di
suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah (Form TB. 09). Lalai
(Pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali
berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif. Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau lebih; atau penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan. Kronis adalah penderita
dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang
kategori 2.
Penderita penyakit TBC dapat menjadi
sangat lemah, dan tidak bisa kerja, atau melakukan tugas harian biasa, misalnya
jaga anak atau kerja kebun. Rata-rata, seorang penderita penyakit TBC akan
kehilangan 3-4 bulan waktu kerja produktif. Penderita penyakit TBC yang tidak
diobati dengan baik bisa menularkan bakteri TBC pada keluarganya, termasuk
anak. Juga mereka tidak dapat bebas bergaul - jangan sampai menularkan bakteri
TBC. Hal ini sangat sulit bila mereka tinggal dalam satu rumah dengan banyak
orang. TBC banyak menyerang anggota masyarakat usia bekerja (15-54 tahun),
sehingga negara kekurangan tenaga trampil. TBC banyak menyerang masyarakat
golongan ekonomi lemah, sehingga menambah tingkat kemiskinan. TBC dapat
menyebabkan kematian.
Kebutuhan akan informasi dan edukasi khususnya pencegahan,
pengobatan, penanggulangan penyakit Tuberkulosis semakin menjadi kebutuhan bagi
masyarakat untuk segara diberikan. Karena dengan minimnya pengetahuan
masyarakat Kabupaten Kebumen mengenai hal tersebut dapat berakibat fatal
seperti kematian. Maka dari itu, masyarakat membutuhkan infomasi dan komunikasi
yang baik agar mendapat pendidikan kesehatan yang sebaik-baiknya.
a.
Meninjau
khalayak yang potensial
·
Secara geografis
Bagian selatan KabupatenKebumen merupakan
dataran rendah, sedangkan pada bagian utara berupa pegunungan dan perbukitan
yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu Selatan.Secara demografis sasaran dari program KIE ini adalah masyarakat
perwakilan dari 26 Kecamatan di Kabupaten Kebumen yang merupakan daerah terkena
wabah penuakit TBC, dan merupakan penduduk Kabupaten Kebumen yang kehidupan
sosialnya masih berorientasi pedesaan.
·
Secara Demografi
Penduduk Kabupaten Kebumen pada tahun 2005 tercatat 1.212.809 jiwa,
mengalami pertumbuhan sebesar 0, 79% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah
tangga sebanyak 293.373 rumah tangga sehingga rata-rata jumlah jiwa per rumah
tangga sebesar 4 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Kebumen sebesar 947
jiwa/km², dengan Kecamatan Kebumen merupakan daerah terpadat penduduknya dengan
2.867 jiwa/km². Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 612.467 jiwa dan perempuan
sebanyak 600.342 jiwa sehingga sex-ratio-nya sebesar 102. Dilihat menurut
kelompok umur, penduduk di bawah 15 tahun sebesar 30, 45% atau 369.329 jiwa. Hal
ini dikarenakan masih tingginya prevalensi kasus TB selama 2 (dua) tahun
terakhir yaitu 136,9 per 100.000 penduduk tahun 2011 dan 126,2 per 100.000
penduduk tahun 2012, masih tingginya jumlah penderita TB BTA positif baru yang
ditemukan setiap tahunnya yaitu 756 kasus tahun 2011 dan 744 kasus tahun 2012
dan meningkatnya jumlah kematian karena TB yaitu dari 18 kasus tahun 2011
menjadi 23 kasus tahun 2012 dengan angka kematian (CFR) sebesar 3,09%.
·
Secara psikologi
Keadaan masyarakat yang mau mengubah Perilaku Hidup
Tidak Bersih dan Sehat (PHTBS) menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
ketertarikan dan kemauan masyarakat untuk menerima informasi berkaitan dengan
penyakit TBC, keadaan masyarakat yang optimis untuk hidup sehat.
b.
Mengkaji
kebijaksanaan dan program
Program yang sebelumnya telah ada di wilayah
kabupaten Kebumen untuk menanggulangi penyakit TB Paru yakni program DOTS. DOTS (Directly Observed Treatment,
Short-course) adalah pengawasan langsung pengobatan jangka pendek,
DOTS dapat dimulai dengan keharusan setiap pengelola program tuberkulosis
untuk direct
attention dalam usaha
menemukan penderita dengan kata lain mendeteksi kasus dengan pemeriksaan
mikroskop. Adapun kelemahan dari program ini yaitu perlunya monitoring secara
terus menerus agar tidak terjadi kesalahan minum obat.
c.
Lembaga
Pontesial yang mendukung
Lembaga potensial yang mendukung adalah terdapatnya
lembaga dinas kesehatan setempat. Organisasi potensial yang mendukung adalah
Puskesmas, PKK, BP4, dan posyandu.
Puskesmas adalah suatu unit
pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,
terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal
dalarn suatu wilayah tertentu.
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga.
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, disingkat (PKK), adalah organisasi kemasyarakatan
yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan
Indonesia
BP4 adalah memberikan pengobatan penyakit paru-paru
meliputi tbc paru, bronchitis, brochiektasi, asthma bronchiale, silikosis, pengaruh obat dan bahan kimia, tumor
paru, dan lain-lain
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari,
oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.
d.
Sumber Daya KIE
Sumber daya pelaksanaan program ini
bekerja sama dengan Dinkes Kabupaten Kebumen, BP4, Puskesmas daerah Kebumen,
PKK setempat dan masyarakat secara umumnya.
B. DESAIN STRATEGI
1.
Tujuan
1) Tujuan
Umum: Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit TB pada
anak-anak di Kabupaten
Kebumen.
2) Tujuan
Khusus:
·
Meningkatkan pengetahuan ibu tentang TB
pada anak.
·
Meningkatkan kesadaran warga setempat
untuk menggunakan pelayanan kesehatan di Kabupaten Kebumen.
·
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ibu tentang cara pencegahan TB pada anak di
keluarga.
·
Meningkatkan jumlah diagnosis TB pada
anak sedini mungkin, serta menentukan pengobatan yang efektif dan kesembuhan
bagi setiap pasien TB.
2.
Khalayak Sasaran
·
Pendidikan: terdiri dari masyarakat lebih khususnya
lagi ibu-ibu yang memiliki pendidikan menengah kebawah dan ibu-ibu pengurus PKK
kecematan di Kabupaten Kebumen
·
Ekonomi: terdiri dari masyarakat khususnya ibu-ibu
dengan ekonomi yang kurang mampu sampai ekonomi menengah
·
Sosial-budaya: kebiasaan ibu-ibu yang tidak
memperhatikan kebersihan dan kesehatan anak dan lingkungan sekitar serta tidak
tahu bagaimana cara penularan TBC.
3.
Pemilihan media
·
Poster
Poster berisikan mengenai gambar dan tulisan yang bersifat persuasif untuk
mengajak warga membiasakan hidup bersih dan sehat. Sasaran poster ini adalah
seluruh warga di Kabupaten Kebumen. Digunakan untuk memberikan informasi
mengenai TB, pencegahan, serta pengobatannya.
·
Leaflet
Materi leaflet disesuaikan dengan sasaran. Sasaran utamanya adalah ibu-ibu
yang memiliki anak yang menderita TB. Materi yang disajikan adalah pengenalan
penyakit TB, dampak, pencegahan serta pengobatan penyakit TB.
·
Slide show
Materi yang disajikan berupa penjelasan tentang TBC pada anak, cara
pencegahan, cara pengobatan dan perawatan penyakit TBC. Slide show digunakan untuk memudahkan pembicara menyampaikan poin-poin
penting materi yang akan disampaikan.
·
Film
Materi pada film disesuaikan dengan program yang akan disampaikan.
Pemilihan media film dikarenakan tingkat peminatan ibu-ibu terhadap film cukup
tinggi. Meteri yang disajikan meliputi pencegahan penyakit, pengenalan obat
anti tuberkulosis, gajela dan cara diteksi dini penyakit TBC pada anak usia 1-5
tahun.
4. Dukungan dan penguatan interpersonal
1.
Meminta izin
dan persetujuan dari Dinas Kesehatan Kebumen untuk dapat melaksanakan program
penyuluhan penyakit TB dan sekaligus meminta perwakilan dari Dinas Kesehatan
untuk menjadi narasumber dalam penyampaian materi pencegahan dan penanggulangan
TB.
2. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan di Kabupaten
Kebumen dan tokoh masyarakat atau tokoh agama daerah setempat untuk dapat
membantu agar masyarakat mau datang mengahadiri penyuluhan.
5.
Rencana Kegiatan
1.
Persiapan Kegiatan
Persiapan yang dilakukan sebelum
kegiatan dilakukan, antara lain :
·
Melakukan
konfirmasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen terkait dengan perwakilan
sebagai penyuluh saat pelaksanaan kegiatan.
·
Melakukan
konfirmasi ke Kabupaten Kebumen mengenai perijinan tempat dan waktu pelaksanaan
kegiatan.
·
Melakukan
konfirmasi ke setiap Kecamatan di Kebumen untuk mengirimkan perwakilan sebanyak
5 orang untuk mengikuti program “KUBAT”.
·
Mempersiapkan
leaflet, poster, slide show dan film yang akan digunakan sebagai media
penyampaian pesan yang telah dibuat semenarik mungkin.
2.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai
berikut :
·
Tempat
pelaksanaan : di Gedung Pertemuan
Kabupaten Kebumen
·
Waktu
pelaksanaan : Sabtu, 4 Februari 2017
3.
Materi
Materi
yang akan disampaikan meliputi pengenalan secara umum mengenai TB, cara mendeteksi
dini penyakit TB, cara pemberian obat dan pengawasan minum obat (PMO) bagi
penderita TB, pencegahan bagi masyarakat agar tidak terkena penyakit TB,
pemulihan bagi penderita TB agar tidak terkena penyakit TB kembali, serta cara
meningkatkan pengetahuan ibu mengenai akses pelayanan kesehatan maupun sebagai
alternatif rujukan pengobatan penderita TB. Alat yang akan digunakan meliputi
leaflet, poster, film dan slide show. Materi
akan disampaikan selama 2 jam, bertempat di Gedung Pertemuan Kabupaten Kebumen.
4.
Susunan Acara
08.00 - 08.15 : - Pembukaan
-
Sambutan Bupati
Kebumen
-
Sambutan
Perwakilan Dinas Kesehatan Kebumen
-
Sambutan Ketua
Panitia
08.15 - 08.45 : Pre test
08.45 - 10.45 : Pelatihan
10.45 - 11.05 :
Tanya jawab
11.05 - 11.35 :
Post test
11.35-
11.50 : Pembagian Bingkisan
11.50 - 12.00 :
Penutupan
6. Metode KIE
·
Mengadakan penyuluhan dengan metode
ceramah dan pemutaran film yang
menyampaikan pengertian, pendeteksian dini, pencegahan, pengobatan TB serta
pengawasan pemakaian obat pada penderita TB serta akses pelayanan kesehatan
untuk pengobatanpenyakit TB, dan menjelaskan hubungan penyakit TB dengan
sanitasi makanan dan lingkungan.
·
Diskusi berupa tanya jawab yang
dilakukan saat akhir kegiatan penyuluhan, sehingga para ibu-ibu dari anak –
anak yang menderita TB tersebut lebih memahami.
·
Demonstasi bagaimana cara pencegahan
penularan penyakit TB di lingkungan sekitar.
·
Menggunakan leaflet dan poster dalam
kegiatan penyuluhan agar ibu-ibu dapat lebih memahami mengenai TB.
7.
Rencana
Penilaian
·
Evaluasi Jangka Pendek
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaraan
warga Kabupaten Kebumen khususnya ibu-ibu yang memiliki anak atau balita
penderita TB mengenai penyakit TB, cara pendeteksian dini penyakit TB, cara
pencegahan penyakit TB, cara pengobatan dan akses pelayanan kesehatan, serta
pengawasan minum obat untuk penderita.
·
Evaluasi Jangka Menengah
Ibu-ibu dapat melakukan pencegahan
penularan penyakit TB dan memperhatikan gejala atau ciri ciri anak yang
mengidap atau tertular TB.
·
Evaluasi Jangka Panjang
Menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas akibat penyakit Tuberculosis pada anak-anak di Kabupaten Kebumen.
8.
Perencanaan
Anggaran
a)
Perencanaan Pemasukan
No.
|
Pemasukan
|
Jumlah
|
1.
|
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen
|
Rp 5.000.000,00
|
2.
|
Sponsor
|
Rp 3.500.000,00
|
Total
|
Rp 8.500.000,00
|
b) Perencanaan
Pengeluaran
·
Kesekretariatan
No.
|
Pengeluaran
|
Banyaknya
|
Jumlah
|
1.
|
Proposal Kemitraan
|
3 x Rp 50.000,00
|
Rp 150.000,00
|
2.
|
Proposal Sponsorship
|
3 x Rp 50.000,00
|
Rp 150.000,00
|
3.
|
Surat undangan pembicara
|
6 x 3 x Rp
3.000,00
|
Rp 54.000,00
|
4.
|
Surat undangan peserta
|
6 x 26 x Rp 3.000,00
|
Rp 468.000,00
|
5..
|
LPJ
|
2 x Rp 50.000,00
|
Rp 100.000,00
|
Total
|
Rp 922.000,00
|
·
Bendahara
No.
|
Pengeluaran
|
Banyaknya
|
Jumlah
|
1.
|
Kwitansi
|
1 x Rp 15.000,00
|
Rp 15.000,00
|
Total
|
Rp 15.000,00
|
·
Acara
No.
|
Pengeluaran
|
Banyaknya
|
Jumlah
|
1.
|
Leaflet asli
|
6 x Rp 10.000,00
|
Rp 60.000,00
|
2.
|
Leaflet Fotocopy
|
6 x 130 x Rp 1.000,00
|
Rp 780.000,00
|
3.
|
Poster
|
6 x 130 x Rp 5.000,00
|
Rp 3.900.000,00
|
5.
|
Plakat Pembicara
|
3 x Rp 75.000,00
|
Rp 225.000,00
|
6.
|
Sewa Gedung
|
Rp 1.500.000,00
|
Rp 1.500.000,00
|
Total
|
Rp 6.465.000,00
|
·
Konsumsi
No.
|
Pengeluaran
|
Banyaknya
|
Jumlah
|
1.
|
Snack pembicara
|
3 x Rp
5.000,00
|
Rp 15.000,00
|
2.
|
Makan pembicara
|
3 x Rp
15.000,00
|
Rp 45.000,00
|
3.
|
Snack peserta
|
130 x Rp 5.000,00
|
Rp 650.000,00
|
Total
|
Rp 710.000,00
|
c) Total
Keseluruhan
Pemasukan
|
Rp 8.500.000,00
|
Pengeluaran
|
Rp 8.112.000,00
|
Sisa
|
Rp 388.000,00
|
- PENGEMBANGAN KONSEP PESAN
Pesan disampaikan oleh penyuluh kesehatan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Kebumen dengan menggunakan metode ceramah. Pengembangan
penyampaian pesan melalui metode ceramah diharapkan agar komunikasi antara
petugas kesehatan dengan keluarga penderita TB dapat berjalan efektif sehingga
keluarga dari penderita dapat memberikan motivasi kepada penderita untuk
menjalani pengobatan hingga tuntas.
Pesan kesehatan yang digunakan
dalam penyelenggaraan program “KUBAT” dituangkan dalam bentuk poster yang
berisi tentang progam yang akan dilaksanakan meliputi tujuan dan keterlibatan
masyarakat khususnya kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita (1-5 tahun)
dalam kegiatan guna menarik masyarakat untuk ikut serta dalam program “KUBAT”.
Materi yang diberikan berupa:
- Pengertian TBC
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar menyerang paru-paru.
- Gejala TBC
Gejala
TB paru terbagi menjadi 2 yaitu : gejala umum dan gejala khusus. Gejala
umum secara klinis mempunyai gejala sbb : (a) batuk selama lebih dari 3 minggu,
(b) demam, (c) berat badan menurun tanpa sebab, (d) berkeringat pada waktu malam,
(e) mudah capai, (f) hilangnya nafsu makan.
Sedangkan Gejala khusus dapat
digambarkan sbb : (a) tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, (b) akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak, kalau ada cairan
dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit
dada, (c) bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah, (d) pada anak-anak dapat
mengenai otak (lapisan pembungkus otak dan disebut sebagai menginitis (radang
selaput otak), gejala adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan
kejang-kejang.
- Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis, pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak).
- Cara pengobatan
Pengobatan penderita TB bisa dengan menggunakan OAT
(Obat Anti Tuberkulosis). Obat anti tuberculosis atau sering disingkat dengan
OAT bertujuan untuk membunuh mikobakterium tuberculosis yang menyerang terhadap
tubuh pasien, kenapa pengobatan penyakit TB sangat lama. Hal ini disebabkan
karena Mycobacterium Tuberculosis sifatnya sangat kuat. Dibutuhkan waktu
6 bulan untuk membasmi semua bakteri TB. Mungkin pada pengobatan beberapa
minggu pasien akan sudah tidak merasakan gejala – gejalanya lagi. Namun perlu
diperhatikan bahwa Mikobacterium Tuberculosis masih ada di tubuh
penderita. Oleh karena itu, orang yang terdiagnosis TB harus minum obat selama
6 bulan meskipun gejala khas TB sudah tidak dikeluhkan lagi.Sehingga ketika
pasien tidak teratur dalam pengobatan ini, maka justru akan membahayakan jiwa
pasien. Bakteri TB akan berkembang semakin banyak dan kemungkinan bisa resisten
(kebal) terhadap obat OAT yang dikenal dengan multidrug resistant TB
(MDR TB) dan penyakitpun akan bertambah berat. Dan Ketika bakterinya resisten,
penderita TB akan menularkan
kembali penyakitnya untuk keluarga yang tinggal serumah, teman
dekat, atau siapa saja yang menghabiskan waktu dengannya.Sehingga pengobatan
OAT pada penyakit TB harus sesuai dengan saran dokter atau perawat.
Efek Samping Obat Anti Tuberculosis ( OAT ):
- Rimfapisin ( R ), efek sampingnya adalah : air kencing berwarna merah, mual, sakit perut, Kelainan sistemik, termasuk, syok, hepatitis dan purpura.
- Pyrazinamid ( Z ), efek sampingnya adalah : nyeri pada dada.
- Etambutol ( E ), efek sampingnya adalah : gangguan penglihatan.
- Isoniazin ( H ), efek sampingnya adalah : rasa kesemutan sampai rasa seperti terbakar pada kaki, hepatitis, neurotis perifer
- Streptomisin ( S ), efek sampingnya adalah : ototoksik,reaksi hipersensitiv, nefrotoksik, gangguan keseimbangan (vertigo & nistagmus), dan tuli. Ototoksisitas sendiri disebabkan oleh obat atau zat kimia yang merusak telinga bagian dalam atau saraf vestibulocochlear, yang mengirim info keseimbangan dan pendengaran dari telinga bagian dalam ke otak. Otoksisitas dapat menyebab gangguan pendengaran, keseimbangan, atau keduanya baik untuk sementara waktu atau permanen
Program “Kumpul Ibu
Cerdas Tanggap TB (KUBAT)” melibatkan berbagai pihak seperti tenaga
kesehatan dari dinas kesehatan, tokoh masyarakat, petugas PKK, serta ibu dari
penderita TB. Tenaga kesehatan dari dinas kesehatan berperan dalam memberikan
penyuluhan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh program “KUBAT”. Tokoh masyarakat berperan dalam
mendukung adanya program “KUBAT” bagi penderita TB, serta membantu dalam
terselenggaranya program dan memberikan bantuan agar masyarakat yang ada ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Petugas PKK adalah anggota masyarakat
yang bekerja secara sukarela dan telah terlatih dalam membantu menjalankan
program PKK. Petugas posyandu ikut berperan dalam menyiapkan tempat pelaksanaan
kegiatan “KUBAT”, mengingatkan jadwal program “KUBAT” kepada ibu-ibu serta
menyebarluaskan informasi yang didapat dari program “KUBAT” ke masyarakat umum.
Ibu dari penderita TB berperan dalam menghadapi secara langsung terhadap
penderita, sehingga diharapkan ibu penderita dapat melakukan pengawasan minum
obat terhadap penderita, memberikan motivasi terhadap penderita untuk melakukan
pengobatan secara tuntas, serta melakukan pencegahan agar nantinya setelah
sembuh penderita tidak akan terkena penyakit TBkembali.
Instrumen evaluasi yang digunakan yaitu pre test dan post test. Instrumen
evaluasi ini digunakan karena jenis skalanya Likert, terdiri atas 5 rentang
skala yaitu tidak berminat, kurang berminat , netral, berminat, dan sangat
berminat, dalam melaksanakan program “Kumpul
Ibu Cerdas Tanggap TBC (KUBAT)”.
Teknik presentasi menggunakan metode ceramah beserta
alat peraga berupa poster, leaflet dan flip chart, penjelasan tentang materi
disampaikan oleh kader dan tenaga kesehatan untuk menjelaskan materi tentang
pengenalan secara umum mengenai TB, cara mendeteksi dini penyakit TBC, cara
pemberian obat dan pengawasan minum obat (PMO) bagi penderita TB, pencegahan
bagi masyarakat agar tidak terkena penyakit TB, pemulihan bagi penderita TB
agar tidak terkena penyakit TB kembali, serta cara meningkatkan pengetahuan ibu
mengenai akses pelayanan kesehatan maupun sebagai alternatif rujukan pengobatan
penderita TB.
Dalam pelaksanaaan program “KUBAT” dilakukan
demonstrasi mengenai cara batuk yang benar bagi penderita TB agar tidak menular
ke orang lain, karena salah satu cara penularan TB adalah melalui percikan
dahak yang keluar saat penderita sedang batuk. Cara batuk yang benar dapat
dilihat digambar berikut.
- MANAJEMEN PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN
·
Pembinaan khalayak potensial didukung oleh pihak
terkait:
Pelatihan Pelaksanaan
Program bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan program dapat dicapai melalui pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan
bersama petugas kesehatan melalui metode ceramah. Kegiatan pelatihan ini
menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang
berkaitan dengan perencanaan program.
·
Sarana dan Prasarana
Pengecekan ulang sarana
dan prasana yang akan dipakai seperti, tempat, media promosi, data-data yang
perlukan.
·
Pemantauan
Pemantauan dilakukan di
sepanjang program, dimulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Hasil kegiatan pemantauan digunakan untuk memperbaiki kualitas
pelaksanaan dan penyesuaian terhadap perencanaan.
Tujuan
Pemantauan:
-
Memastikan bahwa
kemajuan pelaksanaan program “KUBAT” tidak menyimpang dari jadwal yang telah
ditentukan pada setiap tahapan.
-
Memastikan
kehadiran Ibu-ibu sebagai peserta program memenuhi target.
- EVALUASI DAMPAK
Evaluasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengukur dan mengidentifikasi pencapaian dan dampak yang terjadi setelah
diadakannya perencanaan komunikasi kesehatan mengenai kejadian TB pada anak di Kabupaten
Kebumen, yaitu evaluasi berdasarkan pendekatan subsistem.
Input
Proses
Output Outcome
Impact
·
Input
Adanya keterbatasan tenaga kesehatan dan media promosi kesehatan dari
penyedia program sehingga memerlukan kerjasama dengan lembaga dan organisasi
kesehatan.
·
Proses
Metode yang digunakan dalam program KUBAT salah satunya adalah metode
ceramah. Metode ini memiliki kelemahan seperti peserta cepat merasa bosan dan
tidak antusias. Namun kita menambahkan metode diskusi dan demonstrasi agar
peserta lebih mengerti dan memahami materi yang diberikan.
·
Output
Setelah proses perencanaan berlangsung dengan lancar didukung dengan
kehadiran ibu-ibu di setiap kegiatan program KUBAT diharapkan
dapat merubah PHBS dan sanitasi lingkungan menjadi baik dan benar.
·
Outcome
Berdasarkan output yang terjadi, dengan meningkatnya pengetahuan dan
peubahan perilaku kearah yang lebih baik maka angka morbiditas dan mortalitas
anak yang menderita TB yang terjadi di Kabupaten Kebumen akan menurun.
·
Impact
Setelah semua sistem berlangsung dengan baik dan dibuktikan dengan angka
morbiditas dan mortalitas anak yang menderita TB menurun, maka akan terjadi
impact/dampak yaitu derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Kebumen akan
meningkat.
- PERENCANAAN ULANG
Bahasan mengenai perencanaan ulang,
dapat dilakukan jika program KUBAT sudah berjalan baik dan ingin menjaga
keberlangsungan program tersebut. Hal tersebut bisa dilihat dari ada perubahan sikap atau perilaku dari warga
terutama ibu-ibu yang memiliki anak-anak usia 1-5 tahun sehingga angka kematian
bayi akibat TB masih tinggi. Oleh karena itu, kita harus merencanakan perubahan
program dengan mengidentifikasi kembali sumber daya potensial, advokasi kepada
pihak pemegang kekuasaan, dan kemitraan.
1.
Sumber daya yang potensial
Beberapa sumber daya pontensial yang ada di Kabupaten Kebumen adalah
ibu-ibu PKK yang aktif di dalam RT/RW dan kader-kader puskesmas yang dapat
memberikan penyuluhan, selain itu remaja desa yang aktif di karang taruna dapat
ikut membantu menyukseskan program KUBAT agar program ini bukan ahanya di
tujukan kepada ibu-ibu saja namun program ini juga di bisa diikuti oleh
remaja-remaja agar mereka dapat mengerti mengenai TB dan penangananya. Remaja
atau keluarga penderita juga merupakan sumber daya potensial untuk program KUBAT
sendiri.
2.
Advokasi kepada pihak pemegang
kekuasaan
Advokasi lebih merupakan suatu usaha
sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya
perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju. Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan kepada
orang lain atau menyampaikan suatu isu penting untuk dapat diperhatikan
masyarakat serta mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari
penyelesainnya serta membangun dukungan terhadap
permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana cara penyelesaian
masalah tersebut. Dengan demikian, perencanaan perubahan program menggunakan
system advokasi bertujuan agar dapat menyampaikan maksud dari pembuat program
di Kabupaten Kebumen dan dapat menindak lanjuti program serta memantau program
setelah terbentuknya kader-kader desa dan kelompok ibu-ibu cerdas tanggap TB di
Kabupaten Kebumen. Tujuan advokasi sendiri di tujukan kepada dinkes dan
puskesmas setempat agar dapat mengontrol dan mengakomodir peserta serta kader
setelah program berjalan dan dinkes serta puskesmas dapat menjadi tempat
pengaduan kader serta ibu-ibu yang mengikuti program KUBAT.
3. Kemitraan
Kemitraan dalam program ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu mitra kerja kepada pihak pendukung dan pihak sponsor:
Supported by:
·
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen: Menyediakan
presentator dan staff ahli yang mendukung keberlangsungan acara
·
BP4: menyediakan trainer untuk melatih
kepahaman ibu-ibu yang akan menjadi kader untuk KUBAT di setiap desa
·
Semua Puskesmas di Kabupaten Kebumen:
Mendelegasikan lima kader untuk belajar dan berlatih di kabupaten.
Sponsorship by:
·
Kalbe dan Sanbe: Dalam memberikan
obat-obatan gratis kepada setiap puskesmas yang berada di setiap kecamatan
·
Unilever: Dalam pemberian bingkisan
kepada setiap kader yang telah mengikuti pelatihan di Pusat.
KESIMPULAN
REFERENSI
Dinas
Kesehatan Kabupaten Kebumen. Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2015.
Manalu. 2010.”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB
Paru dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal
Ekologi Kesehatan. Vol.9 No.4.
Suharyo. 2013. "Determinasi Penyakit Tuberkulosis di
Daerah Pedesaan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
0 comments:
Post a Comment