Wednesday, December 28, 2016

PERENCANAAN KOMUNIKASI KESEHATAN KIE



TUGAS TERSTRUKTUR
PERENCANAAN KOMUNIKASI KESEHATAN MODEL P PROCESS
KUMPUL IBU CERDAS TANGGAP TBC “KUBAT” DI KABUPATEN KEBUMEN
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan



 




       Disusun Oleh:
 Kelompok 7, Kelas A
1.         Annisa Nurmaya Nindiasty  G1B013064
2.         Liana Kurniasih                    I1A015005
3.         Iffa Dieni Pratiwi                  I1A015026
4.         Nafiah Nuzul Fajriyati         I1A015047
5.         Dhita Rachmawati                I1A015069
6.         Pradina Mutia Abdilla          I1A015088
7.         Maharani Kartikasari          I1A150103
8.         Nadine Nastiti                        I1A015119


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2016


PENDAHULUAN

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh satu pihak kepada pihak yang lainnya atau banyak pihak supaya bisa terhubung dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Dalam proses komunikasi terdapat istilah komunikan dan komunikator. P Process adalah sebuah kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap bagaimana mengembangkan strategi program komunikasi. P process sangat dibutuhkan untuk menyusun suatu program kesehatan.
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Penyakit Tuberkulosis (TB) sudah sangat lama di kenal oleh manusia. Penyebabnya adalah Kuman Mycobacterium Tuberculosis yang ditemukan oleh Robert Koch pada Tahun 1882. World Health Organitation (WHO) telah memperkirakan bahwa pada tahun 1990 sampai 2000 terjadi peningkatan penderita tuberkulosis dari 7,5 juta menjadi 10,2 juta dengan jumlah kematian seluruhnya. Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk. TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat hal ini dapat ditunjukan oleh data perkiraan prevalensi penularannya. 

Angka penularan TB di Provinsi Jawa Tengah adalah 1% , WHO (1989) memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 1,3 juta kasus baru TB anak. Data yang diperoleh dari Bidang PMK Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen untuk proporsi kasus baru BTA (+) yang tercatat di Kabupaten Kebumen yaitu penemuan kasus TB anak pada tahun 2010 adalah 48 kasus. Data TB anak tersebut belum termasuk data dari RSU, Praktek dokter swasta dan RS swasta. Cakupan imunisasi BCG pada tahun 2009 di Kabupaten Kebumen sudah melampai target (95%) yaitu 109,83%. Anak yang kontak dengan penderita TB memiliki risiko 3,20 kali dibanding tidak memiliki kontak dengan penderita TB.
Prevalensi kasus TBC di Kabupaten Kebumen cukup tinggi yakni sekitar 2,1%. Hal ini menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, khususnya dari pemerintah daerah Kebumen. Jumlah penderita TBC didominasi oleh anak-anak, sehingga pada program sebelumnya anak-anak menjadi sasaran program. Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tubercolosis yang menyebabkan gangguan pernapasan.
            Penyakit TBC ditandai dengan batuk selama sebulan lebih dengan disertai darah, hilangnya nafsu makan serta penurunan berat badan. Apabila tidak segera ditangani maka akan berakibat fatal. Kurangnya penanganan terkait kasus TBC menyebabkan tingkat kematian akibat penyakit ini cenderung tinggi. Hal inilah yang melatarbelakangi terbentuknya program DOTS.
            Adapun bentuk dari program ini yaitu untuk mencegah, memonitoring dan melakukan upaya penyembuhan terhadap kasus TBC. Letak kota kebumen yang berada di bagian selatan provinsi Jawa Tengah ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkannya program penanggulangan penyakit TBC dengan menggunakan pendekatan berbasis penyuluhan dikarenakan struktur penduduk yag masih rural dan tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar adalah lulusan SD.
            Hal inilah yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun program “KUBAT” untuk menanggulani kasus TBC. Sasaran dari program ini adalah ibu-ibu yang notabene nya memiliki anak yang berisiko terkena TBC anak maupun masyarakat secara umumnya. Diharapkan setelah mengikuti program ini, sasaran program dapat membagi ilmu yang dimilikinya ke masyarakat luas karena di pedesaan penyebaran informasi secara lisan masih sangat relevan untuk dilakukan.
            Faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit tuberkulosis terutama pada anak-anak adalah faktor genetik, malnutrisi, vaksinasi, kemiskinan dan kepadatan penduduk Faktor risiko utama yang dapat menimbulkan penyakit TB paru pada anak adalah kontak dengan penderita TB dewasa. Anak-anak yang sakit TB tidak dapat menularkan kuman TB ke anak lain atau ke orang dewasa. Sebab, pada anak biasanya TB bersifat tertutup.
A.    ANALISIS KHALAYAK DAN PROGRAM

1.      Latar Belakang
a)      Letak Geografis
Secara geografis, Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang Selatan dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur. Daerah ini memiliki lebih dari seratus gua berstalaktit dan stalagmit. Sementara itu panjang pantai sekira 53 Km yang sebagian besar merupakan pantai dengan fenomena gumuk pasir. Sungai terbesar di Kabupaten Kebumen adalah Sungai Luk Ulo, Sungai Jatinegara, Sungai Karanganyar, Sungai Kretek, Sungai Kedungbener, Sungai Kemit, Sungai Gombong, Sungai Ijo, Sungai Kejawang, dan Kali Medono.
Batas Wilayah :
Sebelah Timur : Kabupaten Purworejo & Kabupaten Wonosobo
Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegara
Sebelah Barat : Kabupaten Banyumas & Kabupaten Cilacap
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Luas Wilayah
Kabupaten Kebumen secara administratif terdiri dari 26 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 128.111,50 hektar atau 1.281,115 km², dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan perbukitan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah.
Dari luas wilayah Kabupaten Kebumen, pada tahun 2013 tercatat 39.748,00 hektar atau sekitar 31,03% merupakan lahan sawah dan 88.363,50 hektar atau 68,97% lahan kering. Menurut sistem irigasinya, sebagian besar lahan sawah beririgasi teknis (50,34%), dan hampir seluruhnya dapat ditanami dua kali dalam setahun, beririgasi setengah teknis (9,23%), beririgasi sederhana (5,77%), beririgasi desa (2,65%) dan sebagian berupa sawah tadah hujan dan pasang surut (32,02%).
b)     Data Penduduk
Penduduk Kabupaten Kebumen pada tahun 2005 tercatat 1.212.809 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 0, 79% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 293.373 rumah tangga sehingga rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebesar 4 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Kebumen sebesar 947 jiwa/km², dengan Kecamatan Kebumen merupakan daerah terpadat penduduknya dengan 2.867 jiwa/km² dan Kecamatan Sadang merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 351 jiwa/km².
Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 612.467 jiwa dan perempuan sebanyak 600.342 jiwa sehingga sex-ratio-nya sebesar 102. Ditinjau dari distribusi/persebaran penduduknya, penduduk terbanyak di Kecamatan Kebumen, yaitu sebesar 9,94 persen, dan penduduk paling sedikit di Kecamatan Padureso sebesar 1,16% dari seluruh penduduk Kabupaten Kebumen.
Dilihat menurut kelompok umur, penduduk di bawah 15 tahun sebesar 30, 45% atau 369.329 jiwa dan penduduk usia 65 tahun ke atas berjumlah 92.600 jiwa atau 7, 64 persen, sedang penduduk usia 15 – 65 tahun sebanyak 750.880 atau 61, 91 persen.
c)      Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Pendidikan
1)      Keadaan Pendidikan
Kondisi pendidikan di Kabupaten Kebumen ditinjau dari rasio murid terhadap guru, untuk semua jenjang pendidikan sudah cukup baik. Secara rata-rata seorang guru hanya melayani tidak lebih dari 15 siswa. Pada sisi lain ditinjau dari ketersediaan prasarana pendidikan atau rasio murid terhadap sekolah, terdapat perbedaan yang mencolok antar jenjang pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin besar pula rasionya. Jika satu sekolah TK secara rata-rata hanya melayani 32 siswa, maka pada SD rasionya adalah sebesar 146 siswa persekolah, sementara untuk SMP dan SMA rasionya masing-masing sebesar 341 dan 442 siswa persekolah. Sampai saat ini, di Kabupaten Kebumen terdapat 7 perguruan tinggi swasta dan satu perguruan tinggi negeri. Jumlah mahasiswa dari seluruh Perguruan Tinggi tersebut sebanyak 5.272 mahasiswa menurun 34,51 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah dosen tahun 2014 sebanyak 383 orang meningkat 18.94 persen dibanding tahun 2013.

        Pada gambar di atas menunjukan bahwa ijazah yang paling banyak dimiliki adalah pada tingkat pendidikan SD/MI yaitu sebesar 37,74 %. Penduduk dengan ijazah tertinggi Diploma IV/Sarjana sebesar 3,06 %. Penduduk yang tidak memiliki ijazah masih cukup tinggi, yaitu sebesar 31, 50 %.
2)      Keadaan Perekonomian di Kabupaten Kebumen
·      Kondisi dan Struktur Ekonomi
              Untuk melihat struktur perekonomian di Kabupaten Kebumen, salah satunya dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menggambarkan kontribusi masing-masing lapangan usaha. Dari data yang ada, ternyata Kabupaten Kebumen masih didominasi sektor pertanian, yang kontribusinya terhadap PDRB (berdasarkan harga berlaku Tahun 2000) dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir selalu di atas 30%. Pada Tahun 2005, kontribusi sektor pertanian sebesar 39,81%, diikuti oleh sektor jasa-jasa 19,59%, sektor perdagangan, hotel dan restoran 11,35% dan sektor industri pengolahan sebesar 9,82%.
              Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kebumen dapat terlihat melalui nilai PDRB atas dasar harga konstan, yang mengalami peningkatan sejak Tahun 2001-2005 rata-rata sebesar 2,45%. Tren pertumbuhan juga terus meningkat, yaitu dari 1,78% Tahun 2001 menjadi 3,21% Tahun 2005. Sedangkan besaran nilai PDRB Kabupaten Kebumen dalam konteks Jawa Tengah berada pada posisi 24 dari 35.
·      Kabupaten/Kota.
            Kinerja perekonomian Kabupaten Kebumen selama Tahun 2001-2005 dipengaruhi oleh sektor angkutan dan perhubungan; sektor jasa-jasa; dan sektor pertambangan dan galian, yang mengalami pertumbuhan tinggi dan cukup stabil masing-masing 18,62% dan 18,18% serta 15,80%. Sektor berikutnya adalah perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,14%, sektor bangunan dan konstruksi sebesar 13,64% serta sektor pertanian sebesar 13,63%.
               Dengan demikian struktur ekonomi Kabupaten Kebumen didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan kontributor terbesar dari total PDRB yaitu mencapai 37,15%. Sektor ini didukung sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Sebagian besar penduduk Kabupaten Kebumen bekerja di sektor ini yang mencapai 52,85% atau 338.910 jiwa. Sektor lain yang menonjol adalah sektor industri yang tiap tahun kontribusinya selalu meningkat. Pada sektor ini didominasi oleh industri rumah tangga khususnya industri makanan olahan sebanyak 35.099 unit yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 5.410 orang.


2.      Analisis SWOT Program
a.       Strength :
·         Bekerjasama dengan berbagai pihak terkait dengan program “KUBAT”
·         Dilengkapi dengan sumber daya yang menguasai dibidangnya
·         Memberdayakan masyarakat sehingga keberlangsungan program dapat terjamin
·         Menggunakan metode penyuluhan serta pemutaran film sehingga informasi mudah dipahami dan disebarluaskan ke masyarakat umum

b.      Weakness :
·         Tingkat pendidikan yang berbeda baik itu antara petugas kesehatan, maupun masyarakat sehingga membutuhkan persiapan yang matang
·         Ketidaksesuaian antara jadwal progam dengan kegiatan masyarakat
·         Materi yang disampaikan kurang menarik
·         Keengganan  masyarakat untuk datang mengikuti program

c.       Opportunities :
·         Kerjasama lintas sektoral
·         Belum ada program serupa untuk menanggulangi kasus TBC
·         Banyak sumber daya terutama kader-kader yang bisa diberdayakan

d.      Treats :
·         Banyaknya institusi pendidikan yang mengadakan program serupa sehingga menimbulkan rendahnya partisipasi masyarakat
·         Adanya pelabelan negatif dari masyarakat kepada ibu-ibu yang mengikuti program “KUBAT”


3.      Analisis Masalah
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia. Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit.
Menurut HL. Blum, faktor–faktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok, dan masyarakat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: lingkungan (mencakup lingkungan fi sik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut dalam mempengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun masing–masing saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain langsung mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku, dan perilaku sebaliknya juga mempengaruhi lingkungan (Salim 2010 dalam Suharyo 20 13).
Penyebab utama meningkatnya masalah TB antara lain adalah : (a) Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada Negara yang sedang berkembang. (b) Kegagalan TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya), tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan panduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang didiagnosis), salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG, infrastruktur kesehatan yang buruk pada Negara-negara Yang terkait, dan seperti lingkungan, gaya hidup, demografi, pendidikan, ekonomi dan sosial budaya (Manalu, 2010).
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif, pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Beberapa faktor yang mengakibatkan menularnya penyakit itu adalah kebiasaan buruk pasien TB paru yang meludah sembarangan. Selain itu, kebersihan lingkungan juga dapat mempengaruhi penyebaran virus. Misalnya, rumah yang kurang baik dalam pengaturan ventilasi. Kondisi lembab akibat kurang lancarnya pergantian udara dan sinar matahari dapat membantu berkembangbiaknya virus.
Gejala TB paru terbagi menjadi dua, yaitu : gejala umum dan gejala khusus. Gejala umum secara klinis mempunyai gejala sbb : (a) batuk selama lebih dari 3 minggu, (b) demam, (c) berat badan menurun tanpa sebab, (d) berkeringat pada waktu malam, (e) mudah capai, (f) hilangnya nafsu makan. Sedangkan Gejala khusus dapat digambarkan sbb : (a) tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, (b) akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak, kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada, (c) bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah, (d) pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak dan disebut sebagai menginitis (radang selaput otak), gejala adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejangkejang.
Disamping itu, masih banyak faktor yang mempengaruhi pemberantasan TB paru antara lain sikap petugas kesehatan dalam menangani pasien, ketersediaan obat dan faktor penderitanya sendiri. Berkaitan dengan apa yang di uraikan diatas, 53, 83 % program penanggulangan TB paru disebabkan oleh : (a) Penderita TB menganggap sakit batuk biasa, sehingga tidak segera berobat ke Puskesmas, (b) Puskesmas belum dipercaya oleh masyarakat, dan obat yang diberikan oleh puskesmas masih di anggap tidak manjur, (c) Kinerja puskesmas belum optimal dalam upaya penanggulangan tuberculosis, (d) Masih banyak praktek pengobatan yang belum menggunakan strategi DOTS, (e) Kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana sangat terbatas (Manalu, 2010).
Cara-cara pengobatan kasus penyakit tuberkulosisi dapat dilakukan sebagai berikut, Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian). Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah (Form TB. 09). Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih; atau penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan. Kronis adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.
Penderita penyakit TBC dapat menjadi sangat lemah, dan tidak bisa kerja, atau melakukan tugas harian biasa, misalnya jaga anak atau kerja kebun. Rata-rata, seorang penderita penyakit TBC akan kehilangan 3-4 bulan waktu kerja produktif. Penderita penyakit TBC yang tidak diobati dengan baik bisa menularkan bakteri TBC pada keluarganya, termasuk anak. Juga mereka tidak dapat bebas bergaul - jangan sampai menularkan bakteri TBC. Hal ini sangat sulit bila mereka tinggal dalam satu rumah dengan banyak orang. TBC banyak menyerang anggota masyarakat usia bekerja (15-54 tahun), sehingga negara kekurangan tenaga trampil. TBC banyak menyerang masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga menambah tingkat kemiskinan. TBC dapat menyebabkan kematian.
Kebutuhan akan informasi dan edukasi khususnya pencegahan, pengobatan, penanggulangan penyakit Tuberkulosis semakin menjadi kebutuhan bagi masyarakat untuk segara diberikan. Karena dengan minimnya pengetahuan masyarakat Kabupaten Kebumen mengenai hal tersebut dapat berakibat fatal seperti kematian. Maka dari itu, masyarakat membutuhkan infomasi dan komunikasi yang baik agar mendapat pendidikan kesehatan yang sebaik-baiknya.
a.      Meninjau khalayak yang potensial
·         Secara geografis
Bagian selatan KabupatenKebumen merupakan dataran rendah, sedangkan pada bagian utara berupa pegunungan dan perbukitan yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu Selatan.Secara demografis sasaran dari program KIE ini adalah masyarakat perwakilan dari 26 Kecamatan di Kabupaten Kebumen yang merupakan daerah terkena wabah penuakit TBC, dan merupakan penduduk Kabupaten Kebumen yang kehidupan sosialnya masih berorientasi pedesaan.
·         Secara Demografi
Penduduk Kabupaten Kebumen pada tahun 2005 tercatat 1.212.809 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 0, 79% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 293.373 rumah tangga sehingga rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebesar 4 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Kebumen sebesar 947 jiwa/km², dengan Kecamatan Kebumen merupakan daerah terpadat penduduknya dengan 2.867 jiwa/km². Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 612.467 jiwa dan perempuan sebanyak 600.342 jiwa sehingga sex-ratio-nya sebesar 102. Dilihat menurut kelompok umur, penduduk di bawah 15 tahun sebesar 30, 45% atau 369.329 jiwa. Hal ini dikarenakan masih tingginya prevalensi kasus TB selama 2 (dua) tahun terakhir yaitu 136,9 per 100.000 penduduk tahun 2011 dan 126,2 per 100.000 penduduk tahun 2012, masih tingginya jumlah penderita TB BTA positif baru yang ditemukan setiap tahunnya yaitu 756 kasus tahun 2011 dan 744 kasus tahun 2012 dan meningkatnya jumlah kematian karena TB yaitu dari 18 kasus tahun 2011 menjadi 23 kasus tahun 2012 dengan angka kematian (CFR) sebesar 3,09%.
·         Secara psikologi
Keadaan masyarakat yang mau mengubah Perilaku Hidup Tidak Bersih dan Sehat (PHTBS) menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), ketertarikan dan kemauan masyarakat untuk menerima informasi berkaitan dengan penyakit TBC, keadaan masyarakat yang optimis untuk hidup sehat.
b.      Mengkaji kebijaksanaan dan program
Program yang sebelumnya telah ada di wilayah kabupaten Kebumen untuk menanggulangi penyakit TB Paru yakni program DOTS. DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) adalah pengawasan langsung pengobatan jangka pendek, DOTS dapat dimulai dengan keharusan setiap pengelola program tuberkulosis  untuk direct attention dalam usaha menemukan penderita dengan kata lain mendeteksi kasus dengan pemeriksaan mikroskop. Adapun kelemahan dari program ini yaitu perlunya monitoring secara terus menerus agar tidak terjadi kesalahan minum obat.
c.       Lembaga Pontesial yang mendukung
Lembaga potensial yang mendukung adalah terdapatnya lembaga dinas kesehatan setempat. Organisasi potensial yang mendukung adalah Puskesmas, PKK, BP4, dan posyandu.
Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalarn suatu wilayah tertentu.
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, disingkat (PKK), adalah organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia
BP4 adalah memberikan pengobatan penyakit paru-paru meliputi tbc paru, bronchitis, brochiektasi, asthma bronchiale, silikosis, pengaruh obat dan bahan kimia, tumor paru, dan lain-lain
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.
d.      Sumber Daya KIE
Sumber daya pelaksanaan program ini bekerja sama dengan Dinkes Kabupaten Kebumen, BP4, Puskesmas daerah Kebumen, PKK setempat dan masyarakat secara umumnya.











B. DESAIN STRATEGI

1.      Tujuan
1)      Tujuan Umum: Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit TB pada anak-anak di Kabupaten Kebumen.
2)     Tujuan Khusus:
·         Meningkatkan pengetahuan ibu tentang TB pada anak.
·         Meningkatkan kesadaran warga setempat untuk menggunakan pelayanan kesehatan di Kabupaten Kebumen.
·         Meningkatkan pengetahuan, sikap dan  ibu tentang cara pencegahan TB pada anak di keluarga.
·         Meningkatkan jumlah diagnosis TB pada anak sedini mungkin, serta menentukan pengobatan yang efektif dan kesembuhan bagi setiap pasien TB.

2.      Khalayak Sasaran
·         Pendidikan: terdiri dari masyarakat lebih khususnya lagi ibu-ibu yang memiliki pendidikan menengah kebawah dan ibu-ibu pengurus PKK kecematan di Kabupaten Kebumen
·         Ekonomi: terdiri dari masyarakat khususnya ibu-ibu dengan ekonomi yang kurang mampu sampai ekonomi menengah
·         Sosial-budaya: kebiasaan ibu-ibu yang tidak memperhatikan kebersihan dan kesehatan anak dan lingkungan sekitar serta tidak tahu bagaimana cara penularan TBC.
3.         Pemilihan media
·         Poster
Poster berisikan mengenai gambar dan tulisan yang bersifat persuasif untuk mengajak warga membiasakan hidup bersih dan sehat. Sasaran poster ini adalah seluruh warga di Kabupaten Kebumen. Digunakan untuk memberikan informasi mengenai TB, pencegahan, serta pengobatannya.
·      Leaflet
Materi leaflet disesuaikan dengan sasaran. Sasaran utamanya adalah ibu-ibu yang memiliki anak yang menderita TB. Materi yang disajikan adalah pengenalan penyakit TB, dampak, pencegahan serta pengobatan penyakit TB.
·         Slide show
Materi yang disajikan berupa penjelasan tentang TBC pada anak, cara pencegahan, cara pengobatan dan perawatan penyakit TBC. Slide show digunakan untuk memudahkan pembicara menyampaikan poin-poin penting materi yang akan disampaikan.

·         Film
Materi pada film disesuaikan dengan program yang akan disampaikan. Pemilihan media film dikarenakan tingkat peminatan ibu-ibu terhadap film cukup tinggi. Meteri yang disajikan meliputi pencegahan penyakit, pengenalan obat anti tuberkulosis, gajela dan cara diteksi dini penyakit TBC pada anak usia 1-5 tahun.

4.      Dukungan dan penguatan interpersonal
1.      Meminta izin dan persetujuan dari Dinas Kesehatan Kebumen untuk dapat melaksanakan program penyuluhan penyakit TB dan sekaligus meminta perwakilan dari Dinas Kesehatan untuk menjadi narasumber dalam penyampaian materi pencegahan dan penanggulangan TB.
2.      Bekerjasama dengan tenaga kesehatan di Kabupaten Kebumen dan tokoh masyarakat atau tokoh agama daerah setempat untuk dapat membantu agar masyarakat mau datang mengahadiri penyuluhan.

5.      Rencana Kegiatan
1.      Persiapan Kegiatan
Persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan, antara lain :
·      Melakukan konfirmasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen terkait dengan perwakilan sebagai penyuluh saat pelaksanaan kegiatan.
·         Melakukan konfirmasi ke Kabupaten Kebumen mengenai perijinan tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan.
·         Melakukan konfirmasi ke setiap Kecamatan di Kebumen untuk mengirimkan perwakilan sebanyak 5 orang untuk mengikuti program KUBAT.
·         Mempersiapkan leaflet, poster, slide show dan film yang akan digunakan sebagai media penyampaian pesan yang telah dibuat semenarik mungkin.

2.      Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
·         Tempat pelaksanaan    : di Gedung Pertemuan Kabupaten Kebumen
·         Waktu pelaksanaan     : Sabtu, 4 Februari 2017

3.      Materi
Materi yang akan disampaikan meliputi pengenalan secara umum mengenai TB, cara mendeteksi dini penyakit TB, cara pemberian obat dan pengawasan minum obat (PMO) bagi penderita TB, pencegahan bagi masyarakat agar tidak terkena penyakit TB, pemulihan bagi penderita TB agar tidak terkena penyakit TB kembali, serta cara meningkatkan pengetahuan ibu mengenai akses pelayanan kesehatan maupun sebagai alternatif rujukan pengobatan penderita TB. Alat yang akan digunakan meliputi leaflet, poster, film dan slide show. Materi akan disampaikan selama 2 jam, bertempat di Gedung Pertemuan Kabupaten Kebumen.

4.      Susunan Acara
08.00 - 08.15 : -     Pembukaan
-          Sambutan Bupati Kebumen
-          Sambutan Perwakilan Dinas Kesehatan Kebumen
-          Sambutan Ketua Panitia
08.15 - 08.45 : Pre test
08.45 - 10.45 : Pelatihan
10.45 - 11.05 : Tanya jawab
11.05 - 11.35 : Post test
11.35- 11.50 : Pembagian Bingkisan
11.50 - 12.00 : Penutupan

6.      Metode KIE
·         Mengadakan penyuluhan dengan metode ceramah dan pemutaran film  yang menyampaikan pengertian, pendeteksian dini, pencegahan, pengobatan TB serta pengawasan pemakaian obat pada penderita TB serta akses pelayanan kesehatan untuk pengobatanpenyakit TB, dan menjelaskan hubungan penyakit TB dengan sanitasi makanan dan lingkungan.
·         Diskusi berupa tanya jawab yang dilakukan saat akhir kegiatan penyuluhan, sehingga para ibu-ibu dari anak – anak yang menderita TB tersebut lebih memahami.
·         Demonstasi bagaimana cara pencegahan penularan penyakit TB di lingkungan sekitar.
·         Menggunakan leaflet dan poster dalam kegiatan penyuluhan agar ibu-ibu dapat lebih memahami mengenai TB.

7.      Rencana Penilaian
·         Evaluasi Jangka Pendek
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaraan warga Kabupaten Kebumen khususnya ibu-ibu yang memiliki anak atau balita penderita TB mengenai penyakit TB, cara pendeteksian dini penyakit TB, cara pencegahan penyakit TB, cara pengobatan dan akses pelayanan kesehatan, serta pengawasan minum obat untuk penderita.
·         Evaluasi Jangka Menengah
Ibu-ibu dapat melakukan pencegahan penularan penyakit TB dan memperhatikan gejala atau ciri ciri anak yang mengidap atau tertular TB.
·         Evaluasi Jangka Panjang
Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit Tuberculosis pada anak-anak di Kabupaten Kebumen.
8.      Perencanaan Anggaran
a)      Perencanaan Pemasukan
No.
Pemasukan
Jumlah
1.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen
Rp 5.000.000,00
2.
Sponsor
Rp 3.500.000,00
Total
Rp 8.500.000,00

b)      Perencanaan Pengeluaran
·         Kesekretariatan
No.
Pengeluaran
Banyaknya
Jumlah
1.
Proposal Kemitraan
3 x Rp 50.000,00
Rp    150.000,00
2.
Proposal Sponsorship
3 x Rp 50.000,00
Rp    150.000,00
3.
Surat undangan pembicara
6 x 3 x  Rp 3.000,00
Rp      54.000,00
4.
Surat undangan peserta
6 x 26 x Rp 3.000,00
Rp    468.000,00
5..
LPJ
2 x Rp 50.000,00
Rp    100.000,00
Total
Rp  922.000,00

·         Bendahara
No.
Pengeluaran
Banyaknya
Jumlah
1.
Kwitansi
1 x Rp 15.000,00
Rp 15.000,00
Total
Rp 15.000,00

·         Acara
No.
Pengeluaran
Banyaknya
Jumlah
1.
Leaflet asli
6 x Rp 10.000,00
Rp      60.000,00
2.
Leaflet Fotocopy
6 x 130 x Rp 1.000,00
Rp    780.000,00
3.
Poster
6 x 130 x Rp 5.000,00
Rp 3.900.000,00
5.
Plakat Pembicara
3 x Rp 75.000,00
Rp    225.000,00
6.
Sewa Gedung
Rp 1.500.000,00
Rp 1.500.000,00
Total
Rp 6.465.000,00

·         Konsumsi
No.
Pengeluaran
Banyaknya
Jumlah
1.
Snack pembicara
3 x     Rp 5.000,00
Rp   15.000,00
2.
Makan pembicara
3 x     Rp 15.000,00
Rp   45.000,00
3.
Snack peserta
130 x Rp 5.000,00
Rp 650.000,00
Total
Rp 710.000,00

c)      Total Keseluruhan
Pemasukan
Rp 8.500.000,00
Pengeluaran
Rp 8.112.000,00
Sisa
Rp    388.000,00


  1. PENGEMBANGAN KONSEP PESAN

Pesan disampaikan oleh penyuluh kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen dengan menggunakan metode ceramah. Pengembangan penyampaian pesan melalui metode ceramah diharapkan agar komunikasi antara petugas kesehatan dengan keluarga penderita TB dapat berjalan efektif sehingga keluarga dari penderita dapat memberikan motivasi kepada penderita untuk menjalani pengobatan hingga tuntas.
Pesan kesehatan yang digunakan dalam penyelenggaraan program “KUBAT” dituangkan dalam bentuk poster yang berisi tentang progam yang akan dilaksanakan meliputi tujuan dan keterlibatan masyarakat khususnya kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita (1-5 tahun) dalam kegiatan guna menarik masyarakat untuk ikut serta dalam program “KUBAT”. Materi yang diberikan berupa:
  • Pengertian TBC
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar menyerang paru-paru.
  • Gejala TBC
          Gejala TB paru terbagi menjadi 2 yaitu : gejala umum dan gejala khusus.  Gejala umum secara klinis mempunyai gejala sbb : (a) batuk selama lebih dari 3 minggu, (b) demam, (c) berat badan menurun tanpa sebab, (d) berkeringat pada waktu malam, (e) mudah capai, (f) hilangnya nafsu makan.
            Sedangkan Gejala khusus dapat digambarkan sbb : (a) tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, (b) akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak, kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada, (c) bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah, (d) pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak dan disebut sebagai menginitis (radang selaput otak), gejala adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
  • Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis, pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
  • Cara pengobatan
Pengobatan penderita TB bisa dengan menggunakan OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Obat anti tuberculosis atau sering disingkat dengan OAT bertujuan untuk membunuh mikobakterium tuberculosis yang menyerang terhadap tubuh pasien, kenapa pengobatan penyakit TB sangat lama. Hal ini disebabkan karena Mycobacterium Tuberculosis sifatnya sangat kuat. Dibutuhkan waktu 6 bulan untuk membasmi semua bakteri TB. Mungkin pada pengobatan beberapa minggu pasien akan sudah tidak merasakan gejala – gejalanya lagi. Namun perlu diperhatikan bahwa Mikobacterium Tuberculosis masih ada di tubuh penderita. Oleh karena itu, orang yang terdiagnosis TB harus minum obat selama 6 bulan meskipun gejala khas TB sudah tidak dikeluhkan lagi.Sehingga ketika pasien tidak teratur dalam pengobatan ini, maka justru akan membahayakan jiwa pasien. Bakteri TB akan berkembang semakin banyak dan kemungkinan bisa resisten (kebal) terhadap obat OAT yang dikenal dengan multidrug resistant TB (MDR TB) dan penyakitpun akan bertambah berat. Dan Ketika bakterinya resisten, penderita TB akan menularkan kembali penyakitnya untuk keluarga yang tinggal serumah, teman dekat, atau siapa saja yang menghabiskan waktu dengannya.Sehingga pengobatan OAT pada penyakit TB harus sesuai dengan saran dokter atau perawat.






Description: Related imageEfek Samping Obat Anti Tuberculosis ( OAT ):
  1. Rimfapisin ( R ), efek sampingnya adalah : air kencing berwarna merah, mual, sakit perut, Kelainan sistemik, termasuk, syok, hepatitis dan purpura.
  2. Pyrazinamid ( Z ), efek sampingnya adalah : nyeri pada dada.
  3. Etambutol  ( E ), efek sampingnya adalah : gangguan penglihatan.
  4. Isoniazin ( H ), efek sampingnya adalah  : rasa kesemutan sampai rasa seperti terbakar pada kaki, hepatitis, neurotis perifer
  5. Streptomisin ( S ), efek sampingnya adalah : ototoksik,reaksi hipersensitiv, nefrotoksik, gangguan keseimbangan (vertigo & nistagmus), dan tuli. Ototoksisitas sendiri disebabkan oleh obat atau zat kimia yang merusak telinga bagian dalam atau saraf vestibulocochlear, yang mengirim info keseimbangan dan pendengaran dari telinga bagian dalam ke otak. Otoksisitas dapat menyebab gangguan pendengaran, keseimbangan, atau keduanya baik untuk sementara waktu atau permanen
Program “Kumpul Ibu Cerdas Tanggap TB (KUBAT)” melibatkan berbagai pihak seperti tenaga kesehatan dari dinas kesehatan, tokoh masyarakat, petugas PKK, serta ibu dari penderita TB. Tenaga kesehatan dari dinas kesehatan berperan dalam memberikan penyuluhan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh program “KUBAT”. Tokoh masyarakat berperan dalam mendukung adanya program “KUBAT” bagi penderita TB, serta membantu dalam terselenggaranya program dan memberikan bantuan agar masyarakat yang ada ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Petugas PKK adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dan telah terlatih dalam membantu menjalankan program PKK. Petugas posyandu ikut berperan dalam menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan “KUBAT”, mengingatkan jadwal program “KUBAT” kepada ibu-ibu serta menyebarluaskan informasi yang didapat dari program “KUBAT” ke masyarakat umum. Ibu dari penderita TB berperan dalam menghadapi secara langsung terhadap penderita, sehingga diharapkan ibu penderita dapat melakukan pengawasan minum obat terhadap penderita, memberikan motivasi terhadap penderita untuk melakukan pengobatan secara tuntas, serta melakukan pencegahan agar nantinya setelah sembuh penderita tidak akan terkena penyakit TBkembali.
Instrumen evaluasi yang digunakan yaitu pre test dan post test. Instrumen evaluasi ini digunakan karena jenis skalanya Likert, terdiri atas 5 rentang skala yaitu tidak berminat, kurang berminat , netral, berminat, dan sangat berminat, dalam melaksanakan program “Kumpul Ibu Cerdas Tanggap TBC (KUBAT)”.
Teknik presentasi menggunakan metode ceramah beserta alat peraga berupa poster, leaflet dan flip chart, penjelasan tentang materi disampaikan oleh kader dan tenaga kesehatan untuk menjelaskan materi tentang pengenalan secara umum mengenai TB, cara mendeteksi dini penyakit TBC, cara pemberian obat dan pengawasan minum obat (PMO) bagi penderita TB, pencegahan bagi masyarakat agar tidak terkena penyakit TB, pemulihan bagi penderita TB agar tidak terkena penyakit TB kembali, serta cara meningkatkan pengetahuan ibu mengenai akses pelayanan kesehatan maupun sebagai alternatif rujukan pengobatan penderita TB.
Dalam pelaksanaaan program KUBATdilakukan demonstrasi mengenai cara batuk yang benar bagi penderita TB agar tidak menular ke orang lain, karena salah satu cara penularan TB adalah melalui percikan dahak yang keluar saat penderita sedang batuk. Cara batuk yang benar dapat dilihat digambar berikut.










  1. MANAJEMEN PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN

·         Pembinaan khalayak potensial didukung oleh pihak terkait:
Pelatihan Pelaksanaan Program bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melaksanakan kegiatan program dapat dicapai melalui pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan bersama petugas kesehatan melalui metode ceramah. Kegiatan pelatihan ini menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan program.
·         Sarana dan Prasarana
Pengecekan ulang sarana dan prasana yang akan dipakai seperti, tempat, media promosi, data-data yang perlukan.
·         Pemantauan
Pemantauan dilakukan di sepanjang program, dimulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil kegiatan pemantauan digunakan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan penyesuaian terhadap perencanaan.
Tujuan Pemantauan:
-          Memastikan bahwa kemajuan pelaksanaan program “KUBAT” tidak menyimpang dari jadwal yang telah ditentukan pada setiap tahapan.
-          Memastikan kehadiran Ibu-ibu sebagai peserta program memenuhi target.

  1. EVALUASI DAMPAK

Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengukur dan mengidentifikasi pencapaian dan dampak yang terjadi setelah diadakannya perencanaan komunikasi kesehatan mengenai kejadian TB pada anak di Kabupaten Kebumen, yaitu evaluasi berdasarkan pendekatan subsistem.
Input         Proses       Output       Outcome       Impact
·         Input
Adanya keterbatasan tenaga kesehatan dan media promosi kesehatan dari penyedia program sehingga memerlukan kerjasama dengan lembaga dan organisasi kesehatan.
·         Proses
Metode yang digunakan dalam program KUBAT salah satunya adalah metode ceramah. Metode ini memiliki kelemahan seperti peserta cepat merasa bosan dan tidak antusias. Namun kita menambahkan metode diskusi dan demonstrasi agar peserta lebih mengerti dan memahami materi yang diberikan.
·            Output
Setelah proses perencanaan berlangsung dengan lancar didukung dengan kehadiran ibu-ibu di setiap kegiatan program KUBAT diharapkan dapat merubah PHBS dan sanitasi lingkungan menjadi baik dan benar.
·          Outcome
Berdasarkan output yang terjadi, dengan meningkatnya pengetahuan dan peubahan perilaku kearah yang lebih baik maka angka morbiditas dan mortalitas anak yang menderita TB yang terjadi di Kabupaten Kebumen akan menurun.
·      Impact
Setelah semua sistem berlangsung dengan baik dan dibuktikan dengan angka morbiditas dan mortalitas anak yang menderita TB menurun, maka akan terjadi impact/dampak yaitu derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Kebumen akan meningkat.













  1. PERENCANAAN ULANG

Bahasan mengenai perencanaan ulang, dapat dilakukan jika program KUBAT sudah berjalan baik dan ingin menjaga keberlangsungan program tersebut. Hal tersebut bisa dilihat dari  ada perubahan sikap atau perilaku dari warga terutama ibu-ibu yang memiliki anak-anak usia 1-5 tahun sehingga angka kematian bayi akibat TB masih tinggi. Oleh karena itu, kita harus merencanakan perubahan program dengan mengidentifikasi kembali sumber daya potensial, advokasi kepada pihak pemegang kekuasaan, dan kemitraan.
1.      Sumber daya yang potensial
Beberapa sumber daya pontensial yang ada di Kabupaten Kebumen adalah ibu-ibu PKK yang aktif di dalam RT/RW dan kader-kader puskesmas yang dapat memberikan penyuluhan, selain itu remaja desa yang aktif di karang taruna dapat ikut membantu menyukseskan program KUBAT agar program ini bukan ahanya di tujukan kepada ibu-ibu saja namun program ini juga di bisa diikuti oleh remaja-remaja agar mereka dapat mengerti mengenai TB dan penangananya. Remaja atau keluarga penderita juga merupakan sumber daya potensial untuk program KUBAT sendiri.
2.      Advokasi kepada pihak pemegang kekuasaan
Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju. Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan kepada orang lain atau menyampaikan suatu isu penting untuk dapat diperhatikan masyarakat serta mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesainnya serta membangun dukungan  terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut. Dengan demikian, perencanaan perubahan program menggunakan system advokasi bertujuan agar dapat menyampaikan maksud dari pembuat program di Kabupaten Kebumen dan dapat menindak lanjuti program serta memantau program setelah terbentuknya kader-kader desa dan kelompok ibu-ibu cerdas tanggap TB di Kabupaten Kebumen. Tujuan advokasi sendiri di tujukan kepada dinkes dan puskesmas setempat agar dapat mengontrol dan mengakomodir peserta serta kader setelah program berjalan dan dinkes serta puskesmas dapat menjadi tempat pengaduan kader serta ibu-ibu yang mengikuti program KUBAT.
3.      Kemitraan
Kemitraan dalam program ini dapat dibagi menjadi dua yaitu mitra kerja kepada pihak pendukung dan pihak sponsor:
Supported by:
·         Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen:  Menyediakan  presentator dan staff ahli yang mendukung keberlangsungan acara
·         BP4: menyediakan trainer untuk melatih kepahaman ibu-ibu yang akan menjadi kader untuk KUBAT di setiap desa
·         Semua Puskesmas di Kabupaten Kebumen: Mendelegasikan lima kader untuk belajar dan berlatih di kabupaten.
Sponsorship by:
·         Kalbe dan Sanbe: Dalam memberikan obat-obatan gratis kepada setiap puskesmas yang berada di setiap kecamatan
·         Unilever: Dalam pemberian bingkisan kepada setiap kader yang telah mengikuti pelatihan di Pusat.






KESIMPULAN




























REFERENSI
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2015.
Manalu. 2010.”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol.9 No.4.

Suharyo. 2013. "Determinasi Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan. Jurnal Kesehatan Masyarakat.


0 comments:

Post a Comment